OPINI

Wabah Radikal

ilustrasi: Ancaman radikalisme

Paham radikalisme di Indonesia sudah seperti wabah; menyebar dan sulit diberantas. Pengaruhnya bahkan sudah masuk kantor-kantor pemerintah, dan menyasar aparatur hingga petugas. 

Sejak tahun lalu, survei P3M memperlihatkan radikalisme menyebar lewat masjid-masjid di lingkungan pemerintahan, kementerian, lembaga dan BUMN. Badan Intelijen Negara BIN lantas menjadikan itu sebagai peringatan dini. Sementara itu Kementerian Dalam Negeri mengakui 19 persen aparatur sipil negara di Indonesia terpapar radikalisme, menolak Pancasila sebagai dasar negara dan setuju dengan sistem khilafah. 

Sayangnya, jika menyangkut agama, banyak kepala tidak bisa realistis menerima kenyataan. Enggan mengakui kalau sudah banyak orang terpengaruh paham radikal dalam berbagai tingkatan. Yang muncul justru penyangkalan, takut nama baik agama tercemar atau curiga ada upaya menyudutkan agama. Padahal jika temuan-temuan itu diabaikan, jangan heran jika mereka naik level ke aksi teror. Pelaku penyerangan anggota polisi di Lamongan Jawa Timur beberapa hari lalu ternyata seorang bekas polisi yang terpapar paham radikalisme. Terduga teroris yang ditangkap di Probolinggo Jawa Timur pertengahan tahun ini juga seorang PNS yang tergabung dalam kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah. 

Pemerintah harus berani membersihkan bibit-bibit radikalisme dan pengajaran salah itu dari lingkungan kementerian, lembaga, dan BUMN. Berbagai lembaga keagamaan juga harus introspeksi terhadap kemungkinan mereka turut andil menelorkan bibit radikalisme kepada umat. Ini pertaruhan amat mahal; mencegah perkembangan bibit perusak sedini mungkin atau menunggu kerusakan terjadi tanpa kendali.

 

  • radikalisme
  • BIN
  • Jamaah Ansharut Daulah
  • PNS
  • BUMN

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!