ASIACALLING

Di India, Teknik Tradisional Berhasil Puaskan Dahaga Penduduk Desa

Para perempuan sedang mengikuti 'parlemen air' di desa Bheekampura di Negara Bagian Rajasthan. (Foto

Krisis air sedang terjadi di India. Hasil penelitian yang dilakukan Bantuan Air tahun 2017 ini mengungkapkan 41 persen penduduk perkotaan tidak punya akses terhadap air minum bersih. 

Masalah yang sama juga dirasakan di seluruh dunia. PBB memperkirakan akan terjadi kekurangan persediaan air sebesar 40 persen pada 2030.

Di India, seorang pria terpanggil mencari solusi atas masalah mendesak ini. Rajender Singh dikenal sebagai “water man of India” atau“pria pembawa air India”. Dia mengembalikan persediaan air ke lebih dari seribu desa dengan menggunakan teknik tradisional.

Karyanya telah memenangkan penghargaan, termasuk Penghagaan bergengsi di Asia, Ramon Magsaysay Award.

Jasvinder Sehgal mengunjungi Rajender Singh di desa Bheekampura di Negara Bagian Rajasthan.

Saya berjalan di tepi sebuah Johad, sebuah bendungan tanah tradisional.

Angin sepoi-sepoi yang berhembus terasa menyejukkan saat berada di daerah yang gersang ini. Bau air hujan yang membasahi pasir kering naik dari permukaan.

Suara lagu-lagu tradisional bertema selamat datang terdengar mengiringi semilir angin.

Ibrahim Khan yang berusia 63 tahun membawa saya ke arah datangnya musik.

Kami tiba di ‘parlemen air’. Di sini, ratusan petani dari desa-desa dan negara bagian tetangga berkumpul untuk mendiskusikan topik penting: air.

red

“Air dari pertanian harus tetap di pertanian dan air dari desa harus tetap di desa,” tutur Ibrahim.

Ibrahim Khan menempuh jarak 161 kilometer dari negara tetangga Haryana untuk berada di sini ...

“Sumur-sumur di desa saya semuanya kering. Sementara di sini penuh dengan air. Ini terjadi karena usaha bersama warga desa di bawah bimbingan Rajender Singh.”

Rajender Singh, 58 tahun, dikenal sebagai pria pembawa air asal India. Hari ini dia memakai kemeja oranye panjang dan celana panjang longgar.

Dihadapan orang-orang yang berkumpul, dia menjelaskan bagaimana johad atau bendungan tanah bisa mencegah banjir dan menaikkan permukaan air tanah. 

Dinding rendahnya memperlambat aliran air di musim hujan dan membiarkan air meresap melalui tanah yang tetap menyimpan air di musim kering.

Petani bernama Choti Devi, 55 tahun, mengatakan kepada saya bagaimana metode ini telah memuaskan dahaga sapi-sapinya.

“Dulu ratusan sapi mati di daerah saya karena kelangkaan air. Itu sampai saudara Rajender datang. Dia menyarankan para perempuan untuk membentuk kelompok. Kami membangun banyak bendungan tanah untuk menampung dan menyimpan air hujan,” jelas Choti.

Krisis air India sangat mendesak untu diatasi. Orang-orang pedesaan harus berjuang untuk bertahan hidup.

red 

Di daerah-daerah yang dilanda kekeringan, angka bunuh diri di kalangan petani meningkat. Sementara yang lain pindah ke kota, di mana akses terhadap air bersih juga sulit.

Rajender mengatakan harus ada tindakan segera yang dilakukan.

“Ketika negara ini merdeka tahun 1947, hanya dua ratusan desa yang tidak punya cadangan air minum. Tapi hari ini jumlah itu telah meningkat menjadi 250 ribu. Kejadian kekeringan meningkat 10 kali dan kemungkinan banjir meningkat delapan kali. Itu karena air menghadapi beban polusi, kerusakan dan ekstraksi. Penambangan pasir juga menjadi isu utama,” kata Rajender.

Data Bank Dunia menunjukkan kalau India menyedot 230 kilometer kubik air tanah per tahun, lebih dari seperempat dari total dunia. Pertanian adalah bidang yang paling banyak menggunakan air diikuti industri.

Rajender menuduh perusahaan memperburuk krisis air. Dan dia tidak sendiri.

Di wilayah Kaladera di Rajasthan, ada kampanye yang dipimpin masyarakat untuk melawan penambangan air tanah besar-besaran oleh Coca Cola.

“Krisis air India disebabkan oleh para industrialis top, yang menghabiskan air untuk kepentingan sendiri. Coca Cola mendatangi kami tapi kami mengusir mereka keluar. Kami tidak butuh uang. Kami butuh air,” tegas Rajender.

Teknik konservasi air Rajender menggabungkan pengetahuan tradisional dan modern. Teknologi yang berusia hampir dua ribu ini kembali digunakan di sini.

“Saya percaya sistem pengelolaan masyarakat adalah cara terbaik untuk menangani sumber daya alam. Melalui praktik pengelolaan air tradisional, kami mampu meremajakan delapan sungai. Dalam 33 tahun terakhir, kami membangun lebih dari sebelas ribu bendungan dan fasilitas penyimpanan air alami dalam berbagai jenis dan ukuran. Kami bisa mengairi kembali 250 ribu sumur kering,” tutur Rajender.

red

Penduduk lokal bernama Ramu Kaka, 95 tahun, mengaku teknik ini membawa perubahan besar di wilayah ini.

“Ada perbedaan besar antara masa lalu yang buruk dan hari ini. Sekarang ada air di mana-mana. Pohon-pohon tumbuh subur, sungai penuh dan mengalir. Perubahan ini terjadi karena bendungan tanah yang kami bangun,” kisah Ramu.

Saat Parlemen Air berakhir, seorang penduduk desa menyanyikan buah lagu yang bercerita tentang metode konservasi air ini.

 

  • Jasvinder Sehgal
  • Pria pembawa air dari India
  • India
  • teknik tradisional atasi kekeringan
  • kekeringan di India
  • Rajender Singh

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!