HEADLINE

Tangkap Aktivis HMI, Polisi Cari Kaitan dengan Tokoh

Tangkap Aktivis HMI, Polisi Cari Kaitan dengan Tokoh



KBR, Jakarta- Kepolisan Indonesia  tengah mendalami keterkaitan lima orang yang ditangkap semalam atas dugaan provokator dengan pihak-pihak yang diduga menunggangi dalam aksi demonstrasi 4 November pekan lalu. Kepala Kepolisian Indonesia, Tito Karnavian mengatakan,  masih melakukan penyelidikan secara intensif kepada kelimanya.

"Nanti akan kita kembangkan apakah ada kaitan dengan tokoh-tokoh yang mungkin menyuruh mereka untuk melakukan kekerasan itu. Karena kalau kita lihat awalnya aman, baru kemudian malamnya dari sayap yang sebelah kanan itu terjadi serangan-serangan kepada petugas," ujarnya kepada wartawan di PTIK, Jakarta, Selasa (08/11).


Kata dia, kepada kelimanya juga tengah dilakukan penyelidikan untuk kemudian dikembangkan statusnya tersangkanya apabila bukti-buktinya dirasa sudah cukup. Yang pasti kata dia, kelimanya kedapatan menyerang petugas dalam aksi tersebut lewat foto-foto yang beredar di sosial media.


"Yang pasti ada lima orang yang ditangkap dan sedang diproses sekarang ini. Karena di foto-foto mereka ada yang melakukan penyerangan kepada petugas. 170 (pasal kekerasan di muka umum) terhadap petugas," ucapnya.


Sebelumnya, Kepolisian Daerah Metro Jaya, menangkap lima orang yang diduga anggota Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), terkait unjuk rasa 4 November yang berakhir ricuh di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Juru Bicara Polda Metro Jaya, Awi Setiyono mengatakan menagkap 5 anggota Himpunan Mahasiswa Islam   bentrok di depan istana. Mereka yang ditangkap adalah Sekjen HMI Ami Jaya Halim, anggota HMI Ismail dan 3 anggota lain berinisial RR, RM, dan MRD.


Editor: Rony Sitanggang


Editor: Rony Sitanggang

  • Aksi 4 November
  • Kapolri Tito Karnavian

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!