KBR, Jakarta- Salah satu wartawan yang diteror saat meliput berita
penambangan pasir ilegal dan pembunuhan Salim Kancir mengaku tak gentar
dan akan tetap melanjutkan peliputan. Abdul Rahman dari salah satu
media televisi nasional itu mengatakan meski awalnya khawatir, namun dia yakin
teror hanya bagian kekecewaan sejumlah pihak yang tak senang, dengan
pemberitaan tambang pasir illegal. Dia menduga, karena pemberitaan media
massa, sejumlah pihak merasa terancam pekerjaannya.
"Beberapa bulan ini kan ada moratorium penambangan pasir di kabupaten Lumajang, mungkin temen-temen wartawan terlalu mengekpos penambangan pasir ini sehingga sebagian masyarakat kehilangan mata pencaharian," kata Abdul Rahman saat dihubungi KBR, Sabtu (07/11).
Abdul Rahman menambahkan, tak mengetahui apakah sang peneror dari aparat atau preman setempat. Namun dia masih mempertanyakan teror tersebut lantaran peliputan yang dilakukan media sudah berlangsung kurang lebih sebulan. Namun ancaman baru muncul belakangan.
Sebelumnya tiga jurnalis tv mendapat ancaman pembunuhan dan penyerangan dengan menggunakan bom molotov. Mereka meliput soal penambangan pasir ilegal dan pembunuhan aktivis Salim Kancil. Kepolisian Daerah Jawa Timur berjanji bakal menyelidiki kasus teror tersebut.
Editor: Dimas Rizky