HEADLINE

GKI Yasmin: Bima Arya Tak Layak Bicara di Konferensi Keberagaman

GKI Yasmin: Bima Arya Tak Layak Bicara di Konferensi Keberagaman

KBR, Jakarta- GKI Yasmin memprotes Konferensi Bhinneka Tunggal Ika di Italia karena mengundang Wali Kota Bogor Bima Arya. Surat protes ini dikirimkan melalui surat elektronik kepada penyelenggara acara tersebut.

Juru bicara GKI Yasmin Bona Sigalingging mengatakan, Bima Arya tidak layak berbicara di forum tersebut lantaran banyak melakukan diskriminasi terhadap kelompok minoritas selama memimpin Bogor. Kata dia, bersama surat protes tersebut, dilampirkan sejumlah bukti maupun tautan berita yang menunjukkan sepak terjang politisi PAN tersebut.


"Kami katakan sangat tidak layak, sangat menyayangkan pilihan itu, wakil Indonesia itu, kalau diwakili Bima Arya, yang terjadi adalah seperti judul email kami, sebuah ironi, ketika Bima Arya kemudian diundang ke acara seperti itu. Kemudian Bima Arya bercerita, yang sayangnya ceritanya kosong dibandingkan dengan apa yang dia lakukan sebenarnya di Bogor, dalam kaitannya dengan GKI Yasmin dan Syiah, itu kan menjadi sebuah ironi," kata Bona kepada KBR (7/11).


Bona Sigalingging menambahkan, GKI Yasmin berharap penyelenggara melakukan riset mendalam menentukan undangan, apabila konferensi serupa bakal kembali digelar. Menurutnya, terdapat kandidat pemimpin daerah yang lebih layak dipilih. Seperti Bupati Wonosobo yang telah terbukti mendukung keberagaman dan toleransi ketika memimpin.


Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto diundang dalam Konferensi Unity in Diversity di Florence, Italia, yang diikuti oleh 100 wali kota sedunia. Dalam konferensi tersebut, Bima menceritakan tentang kerukunan antaragama dan toleransi di masyarakat Bogor.  

Editor: Dimas Rizky

  • Toleransi
  • intoleransi
  • Bima Arya
  • Konferensi
  • Bogor
  • berita
  • petatoleransi_08Jawa Barat_merah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!