HEADLINE

Seratusan Balita di Bondowoso Menderita Gizi Buruk

"Dinas Kesehatan juga mencatat sebanyak 626 balita menderita gizi kurang."

Seratusan Balita di Bondowoso Menderita Gizi Buruk
Ilustrasi (Sumber: Kemenkes)

KBR, Bondowoso – Ratusan balita di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur tercatat menderita gizi buruk. Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Bondowoso, Taufik mengatakan, hingga Agustus 2015 ada sekitar 113 balita berusia antara 0 – 5 tahun, yang harus segera ditangani karena menderita gizi buruk. Tak hanya itu, sepanjang 2015 Dinas Kesehatan juga mencatat sebanyak 626 balita menderita gizi kurang.

“Gizi buruk sampai Agustus total yang harus ditangani 113 balita usia 0 – 5 tahun. Kalau dibanding tahun lalu sampai Desember ada 216 balita. Kalau balita dengan berat badan kurang rata – rata tahun 2015 ada 626 balita,” kata Taufik saat ditemui KBR, Rabu (28/10/2015).


Dikatakan Taufik, ada perbedaan mendasar dari balita penderita gizi buruk dan gizi kurang. Hal inilah yang banyak tak dipahami masyarakat sehingga seringkali gizi buruk terlambat ditangani.


“Harus diketahui bedanya. Gizi buruk indikatornya dilihat dari berat badan bedasarkan tinggi badan sementara gizi kurang menggunakan indikator berat badan menurut umur,” imbuhnya.


Diakui Dinas Kesehatan angka gizi buruk dan gizi kurang di Bondowoso masih tinggi. Hal ini dipicu dari berbagai faktor diantaranya faktor ekonomi, penyakit dan pola asuh orang tua yang salah.


Untuk itu, Dinas Kesehatan terus berupaya meningkatkan partisipasi aktif masyarakat untuk datang ke Posyandu agar deteksi awal serta penanganan bisa dilakukan dengan cepat jika ada kasus gizi buruk. Selain itu, Dinas Kesehatan juga secara rutin melakukan penimbangan bayi yang baru lahir seta pemberian makanan tambahan.


Editor: Rony Sitanggang

  • gizi buruk
  • gizi kurang
  • Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Bondowoso

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!