HEADLINE

Rusuh Singkil, Menkopolhukam Akui Terima Informasi BIN

"Informasi diterima sebelum kerusuhan terjadi."

Rusuh Singkil, Menkopolhukam Akui Terima Informasi BIN
Gereja di Aceh Singkil dibakar massa (Foto: KBR/ist)

KBR, Jakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan mengaku telah menerima informasi dari Badan Intelejen Negara (BIN) tentang potensi bentrok di Aceh Singkil. Kata dia, informasi tersebut diperoleh beberapa hari sebelum insiden 13 Oktober. Ia mengklaim pengamanan yang dikerahkan membuat kondisi cepat terkendali.

"(Sudah menerima info tentang potensi kerusuhan di Singkil?) Sudah saya sudah dapat berita itu beberapa hari sebelumnya, dan kita lakukan pengamanan. Makanya keadaaan itu relatif cepat terkendali," kata Luhut di DPR, (16/10)


Luhut Panjaitan menyebut saat ini kondisi di lapangan sudah aman. Ia mengharapkan 5000an pengungsi segera kembali ke rumah masing-masing.

Sebelumnya dua buah gereja di Aceh Singkil, kemarin, dirusak kelompok intoleran dengan alasan tidak punya izin. Padahal kedua gereja tersebut sudah berdiri sebelum peraturan pendirian rumah ibadah berlaku. Kelompok intoleran 6 Oktober lalu mendemo bupati untuk menutup gereja-gereja yang mereka anggap tidak berizin. Mereka mengultimatum bupati mengikuti paksaan itu dalam 7 hari dan mengancam beraksi sendiri jika tuntutan tidak dipenuhi.

Malamnya, Forum Kerukunan Umat Beragama setempat menggelar rapat yang menyepakati penutupan sejumlah gereja. Sepekan setelah tuntutan itu, kelompok intoleran turun ke lapangan dan menutup langsung gereja-gereja. Akibat peristiwa itu satu orang dilaporkan tewas dan empat luka-luka.  


Editor: Rony Sitanggang

  • Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukham) Luhut Pandjaitan
  • rusuh singkil
  • gereja dibakar di aceh singkil
  • informasi intelijen
  • Kerusuhan
  • #Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!