HEADLINE

Maarif Institute: Polisi Harus Ungkap Motif dan Otak Rusuh di Aceh Singkil

"Pemerintah didesak cepat menangani dan menindak kerusuhan di Aceh Singkil."

Maarif Institute: Polisi Harus Ungkap Motif dan Otak Rusuh di Aceh Singkil

KBR, Jakarta- lembaga Kemanusiaan Maarif Institute mendesak pemerintah cepat menangani dan menindak pelaku  kerusuhan di Aceh Singkil.  Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan, membiarkan kasus ini berlarut-larut akan memancing kesimpangsiuran dan menyuburkan berita bohong. Kata dia, publik tak boleh dibiarkan mengkonsumsi informasi yang mengeksploitasi ketidakjelasan kasus Singkil.

"Polisi harus mengungkap motif dan otak dibalik mobilisasi massa hari ini. Padahal sudah ada kesepakatan Bupati Singkil bersama semua unsur bahwa pembongkaran gereja tidak berizin akan dieksekusi  19 Oktober sesuai rapat  12 Oktober. Kelompok massa ini telah melanggar kesepakatan dan bertindak main hakim sendiri," kata Fajar melalui siaran pers yang diterima redaksi KBR, Selasa (13/10/2015).

Fajar menambahkan, membiarkan kasus ini dinasionalisasi dan dieksploitasi oleh pihak-pihak luar Aceh akan sangat beresiko mempersulit langkah-langkah penyelesaian di tingkat lokal Singkil. Untuk itu dia meminta pemerintah pusat  memastikan penyelesaian kasus Singkil berada dalam koridor hukum dan keadilan. Selain itu menjamin kasus-kasus serupa tidak terulang lagi, baik di wilayah Aceh maupun daerah lainnya.

Sebelumnya rusuh terjadi di Aceh Singkil. Akibat kerusuhan itu, dua rumah ibadah di Aceh Singkil, Aceh dirusak oleh massa. Selain itu satu orang tewas dan empat luka-luka. 

Editor: Malika


  • rusuh di aceh singkil
  • gereja dibakar di aceh singkil
  • gereja tak berizin
  • Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq
  • satu tewas
  • petatoleransi_01Nanggroe Aceh Darussalam_merah
  • Aceh Singkil
  • Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!