HEADLINE

Bangun Kereta Cepat Jakarta - Bandung, Indonesia Pilih Tiongkok

"RI lebih memilih proposal dari Tiongkok daripada Jepang."

Aisyah Khairunnisa

Bangun Kereta Cepat Jakarta - Bandung, Indonesia Pilih Tiongkok
Ilustrasi kereta cepat (Situs Setkab)

KBR, Jakarta - Pemerintah berencana akan memulai pembangunan  kereta cepat Jakarta - Bandung pada tahun ini. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, ini lantaran jalur tersebut dianggap sudah sangat padat menampung para pengguna jalan. Selain itu, kereta yang rencananya memiliki kecepatan 250 km - 300 km/jam ini bisa membangun ekonomi Bandung.

"Juga koridor Jakarta - Bandung kan sudah sangat padat. Padahal kalau kita lihat potensi pertumbuhan ekonominya kan besar sekali. Jadi makanya kita merasa bahwa dengan pembangunan kereta ini selain secara langsung dalam proses pembangunan menyerap tenaga kerja, tapi juga menghidupkan perekonomian sepanjang jalur itu," kata Rini kepada KBR di Lubang Buaya Jakarta Timur, Kamis (1/10/2015).


Rini menambahkan, jika pembangunan dimulai tahun ini, kereta cepat Jakarta-Bandung diharapkan sudah mulai beroperasi pada 2019. Meski pembangunan fisik sudah selesai pada 2018. Ini lantaran pemerintah membutuhkan waktu untuk memastikan bahwa kereta cepat bisa lolos dan mendapat sertifikasi internasional  terkait keamanan dan sinyal.


Sebelumnya Rini menyatakan bahwa dari dua proposal yang masuk ke pemerintah, hanya proposal dari Tiongkok yang memenuhi keinginan pemerintah. Ini lantaran proposal Tiongkok tidak menuntut adanya jaminan dari pemerintah serta tidak meminta anggaran dari negara. Sehingga sifat pembangunan adalah business to business (B2B). Tidak seperti proposal yang diajukan Jepang dengan kereta Shinkansen-nya.


Editor: Rony Sitanggang

  • kereta cepat tiongkok
  • jepang
  • jakarta - bandung
  • Menteri BUMN Rini Soemarno
  • proposal

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!