KBR, Cilacap – Jumlah kuburan massal korban tragedi 1965-1966 di Cilacap Jawa Tengah terus bertambah. Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965 (YPKP 65) menemukan titik baru yang diduga kuburan massal traged pasca Gerakan 30 September 1965.
Juru bicara YPKP 65, Aris Panji mengatakan, pada penelusuran awal YPKP mengidentifikasi ada tiga lokasi kuburan massal. Salah satu titik yang diperkirakan paling banyak korbannya adalah kuburan massal di Pulau Nusakambangan.
Namun, belakangan muncul lagi laporan titik kuburan massal dari masyarakat setempat. Dan yang sudah diverifikasi ada sembilan titik kuburan massal.
Temuan baru itu termasuk sejumlah kuburan massal di Bantarsari, Wanareja, Majenang, Cipari, dan kawasan perkebunan di Cilacap barat.
"Kita (verifikasi) juga. Karena dalam perkembangannya itu banyak data baru, banyak temuan baru. Dan itu belum selesai. Sementara, pendataan kami itu ada sembilan titik (kuburan massal), yang awalnya cuma tiga. Itu data yang masuk YPKP awal, yang sebanyak 122 titik di seluruh Indonesia. Cilacap berkembang jauh lebih banyak dari tiga yang data awal itu. Kita data ada sembilan tititk, termasuk yang di Nusakambangan," kata Aris Panji.
Baca: Komnas HAM Sebut Tragedi 65 sebagai Kejahatan Kemanusiaan
Ketua YPKP 65 Bedjo Untung mengungkapkan hingga saat ini pihaknya masih memverifikasi data-data yang masuk. Sementara ini, jumlah seluruh kuburan massal tragedi pasca 1965 yang sudah terverifikasi berjumlah 122 titik di seluruh Indonesia.
Di Jawa Tengah, kata Bedjo, Cilacap menjadi salah satu daerah yang diduga terdapat banyak kuburan massal. Daerah lain di Jawa Tengah adalah Boyolali, Salatiga, Semarang, Surakarta dan sekitarnya. Namun, banyak yang belum diverifikasi.
Baca: Penggalian Kuburan Massal '65, Banyak Lahan Sudah Beralih Fungsi
Pada pemilu pertama 1955, PKI menang di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Hal ini menyebabkan Cilacap dianggap sebagai daerah merah dan menjadi target pembersihan.
Bupati Cilacap yang menjabat antara 1958-1965, Santoso, yang merupakan kader PKI, termasuk salah satu korban yang hilang tak diketahui rimbanya.
Baca juga: AJI Purwokerto & Komunitas 'Keroyokan' Garap Film Dokumenter Pasca Tragedi 1965
Editor: Agus Luqman