HEADLINE

Kumpulkan Rektor, Jokowi Jelaskan Kondisi Ekonomi

"Jokowi undang rektor PTN makan siang bersama"

Kumpulkan Rektor, Jokowi Jelaskan Kondisi Ekonomi
Presiden Joko Widodo undang rektor PTN makan siang (Foto: KBR/Aisyah K.)

KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo siang ini mengajak para rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) makan siang di Istana Negara. Jokowi memaparkan slide presentasi yang menunjukkan perbandingan indikator ekonomi Indonesia saat ini dengan masa krisis pada 1998 dan 2008. Jokowi menganggap masalah ekonomi penting dibicarakan karena masalah politik dan keamanan sudah tidak ada masalah.

"Kedua mungkin sedikit ingin saya jelaskan mengenai, terutama mengenai situasi ekonomi. Karena menurut saya situasi politik alhamdulillah sudah selesai. Stabilitas keamanan sudah tidak ada masalah," ujar Jokowi di Istana Negara, Kamis (10/9/2015).


Jokowi memaparkan, total utang luar negeri pemerintah dan swasta tahun  ini memang lebih tinggi dibanding masa krisis 98 dan 2008. Tahun 2015 angka utang mencapai 304 miliar USD. Sementara pada 1998 hanya 150 miliar USD dan 2008 hanya 155 miliar USD.


Namun cadangan devisa yang dimiliki tahun  ini jauh lebih tinggi dibanding 1998 dan 2008. Pada 2015 Indonesia memiliki cadangan devisa hingga 105 miliar USD. Sementara pada 1998 hanya 17 miliar dolar dan 2008 hanya 50 miliar USD.


Sementara pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih tinggi dibanding krisis pada 2008. Tahun ini pertumbuhan ekonomi mencapai 4,67% sementara pada 2008 4,12%.?

Staf Khusus Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana mengatakan, ini adalah upaya presiden mendengar perspektif berbagai kelompok terhadap persoalan bangsa saat ini. Ada 23 rektor PTN yang hadir siang ini di Istana. 


Editor: Rony Sitanggang

  • presiden joko widodo
  • paket kebijakan perekonomian
  • rektor
  • makan siang
  • pertumbuhan
  • utang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!