HEADLINE

Gas Epliji Melon Tembus Rp30 Ribu, Warga Nganjuk Kembali ke Kayu Bakar

" Melonjaknya harga hingga kisaran 80 persen itu membuat masyarakat pengguna elpiji bersubsidi terpaksa beralih ke kayu bakar untuk memasak."

Muji Lestari

Gas Epliji Melon Tembus Rp30 Ribu, Warga Nganjuk Kembali ke Kayu Bakar
Warga Nganjuk Jawa Timur kembali beralih ke kayu bakar, setelah harga gas LPG 3 kg naik. (Foto: Muji Lestari/KBR)

KBR, Nganjuk - Harga gas elpiji ukuran tiga kilogram di Nganjuk, Jawa Timur, meroket.

Dalam dua pekan terakhir harga gas elpiji melon tembus hingga Rp30 ribu per tabung. Padahal, sebelumnya hanya berkisar Rp17 ribu.


Melonjaknya harga hingga kisaran 80 persen itu membuat masyarakat pengguna elpiji bersubsidi terpaksa beralih ke kayu bakar untuk memasak.


Salah satu warga di Kecamatan Tanjunganom, Suparti mengaku mengatakan kini keluarganya harus lebih giat mencari kayu bakar di pekarangan. Mereka terpaksa kembali ke kayu bakar karena tidak ada pilihan lain. Selain gas elpiji mahal, pasokan gas juga sulit didapat.


"Saya terpaksa masak di tungku lagi. Cari epliji itu sulit. Habis, harganya naik terus. Sekarang saja sudah Rp30 ribu. Saya itu masyarakat kecil, resah itu gas juga dicari dimana-mana nggak ada, kosong, harganya naik," kata Suparti, Kamis (17/9).


Selain beralih ke kayu bakar, sebagian warga juga menggunakan sekam padi maupun arang untuk menyiasati kelangkaan gas melon ini. Bahan bakar ini cukup melimpah di lingkungan pedesaan di saat musim panen padi tiba.


Masyarakat berharap harga epliji ukuran tiga kilogram segera normal kembali, agar mereka tidak semakin sengsara dengan mahal dan langkanya salah satu produk kebutuhan dasar rumah tangga ini.


Editor: Agsu Luqman 

  • elpiji
  • Gas Bersubsidi
  • LPG
  • elpiji 3 kg
  • Kayu Bakar
  • gas langka
  • nganjuk
  • jawa timur

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!