BERITA

13 Paket Kebijakan, Jokowi Keluhkan Perizinan yang Masih Lambat

""Ini belum mendukung untuk menuju pada pertumbuhan ekonomi yang kita inginkan. Kecepatan itu yang belum, meskipun sudah ada paket yang 13, tapi belum sesuai yang diinginkan,""

13 Paket Kebijakan, Jokowi Keluhkan Perizinan yang Masih Lambat
Presiden Joko Widodo. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo mengaku belum puas dengan paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan. Kata dia, hasil penerapan dari 13 paket tersebut belum terasa, karena proses pengurusan perizinan masih lambat.

Hal ini, menurut Jokowi, menghambat investasi masuk ke Indonesia.

"Sebenarnya investor yang ingin masuk ke Indonesia juga banyak sekali, tapi dalam melayani, kecepatan kita memberikan izin, kemudian pelayanan kita di daerah, ini belum mendukung untuk menuju pada pertumbuhan ekonomi yang kita inginkan, kecepatan itu yang belum, meskipun sudah ada paket yang 13, tapi belum sesuai yang diinginkan," kata Jokowi di Hotel Raffles, Jumat (26/8/2016).


Jokowi kembali menekankan, kemajuan dunia usaha bergantung pada kompetisi dan keterbukaan. Jokowi mencontohkan, dengan masuknya swasta ke dalam peta persaingan, membuat badan usaha milik negara terus memperbaiki diri dan pelayanan.


"Inilah kalau dikompetisikan, kalau tidak, sudah tidak ada perbaikan, rugi terus, ini kondisi BUMN kita, kalau didiamkan apalagi dimanjakan apalagi disubsidi semakin nggak benar," ujar dia.


Jokowi menyebut perubahan nyata terlihat pada bank-bank pemerintah. Kata dia, bank pemerintah justru semakin maju dan meraup keuntungan berlipat, ketika dipaksa untuk bersaing.


"Dulu semua orang takut, bank-bank BUMN ini akan kolaps tutup, tapi ternyata tidak, BNI, BRI, Mandiri semuanya justru mendapatkan keuntungan yang lebih dari bank-bank swasta," tuturnya.


Editor: Rony Sitanggang

  • paket kebijakan ekonomi
  • Presiden Jokowi
  • BUMN

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!