HEADLINE

95 Persen Jenazah Terduga Teroris Poso adalah Santoso & Muchtar

""Basri masih jadi ancaman. Dia lari bareng dua perempuan," kata Kapolri Tito Karnavian."

95 Persen Jenazah Terduga Teroris Poso adalah Santoso & Muchtar
Tito Karnavian saat dilantik sebagai Kapolri yang baru menggantikan Badrodin Haiti di Jakarta (13/7/2016). (Foto: ANTARA)



KBR, Jakarta - Kapolri Tito Karnavian mengatakan salah satu jenazah yang tewas akibat baku tembak di Poso, Sulawesi Tengah pada Senin (18/7/2016) lalu, 95 persen adalah Santoso.

Tito memastikan hal itu berdasarkan keterangan beberapa orang saksi termasuk petugas yang pernah berinteraksi dengan Santoso, pada saat tertangkap beberapa waktu lalu.


Tito mengatakan, Polri hanya tinggal melakukan tes DNA untuk memastikannya.


"Dari hasil pengenalan tanda-tanda fisik seperti tahi lalat dan lain-lain (itu Santoso). Sekali lagi itu dari anggota yang mengenali yang bersangkutan karena pernah dulu ditangkap. Kemudian dari beberapa saksi yang lain, sudah mendekatilah dia 95 persen Santoso," kata Tito Karnavian kepada wartawan di Istana Negara, Selasa (19/7/2016).


"Sekarang (jenazah) dibawa ke Polda. Saya rasa nggak akan jauh beda hasilnya. Tes DNA akan tetap dilakukan untuk memastikan akurasi 100 persen. Siapa tahu ada yang ganti wajah jadi Santoso. Tapi saya yakin 95 persen, dan 5 persennya DNA," lanjut Tito.


Tito mengatakan Polri sudah menghubungi keluarga kedua korban untuk melakukan tes DNA di Mapolda Sulawesi Tengah.


Baca: Polisi Kantongi DNA Santoso


Untuk jenazah satu lagi kemungkinan besar adalah Muchtar bukan Basri yang sebelumnya diberitakan.


Muchtar adalah salah satu tangan kanan Santoso. Sedangkan Basri, kata Tito, kemungkinan berhasil kabur dalam baku tembak kemarin bersama dua orang wanita. Salah satu perempuan itu diduga istri dari Santoso.


"Yang kedua (tewas ditembak) bukan Basri, tapi Mukhtar. Dia dari Palu, juga anak buah Santoso. Basri masih jadi ancaman. Dia lari bareng dua perempuan. Mukhtar juga di kelompok penyerangan terhadap anggota (Polri)," lanjut Tito.


Baca: Basri Calon Penerus Santoso di Kelompok MIT Poso

Tito meminta Basri dan anak buah Santoso lainnya menyerah dan mengikuti proses hukum. Pasalnya kata dia, keberadaan mereka sudah sangat meresahkan warga sekitar.


"Demi kemaslahatan umat di sana, lebih baik turun baik-baik (menyerah). Lewat mediasi, mendatangi anggota di situ. Turun gunung, ikuti proses hukum yang berlaku supaya Poso bisa terbangun dengan baik. Keringanan hukuman dipertimbangkan. Di mana-mana tersangka yang kooperatif itu meringankan," kata Tito.


"Kalau mereka mau turun gunung, ikut proses hukum, kenapa tidak? Prinsipnya penegakan hukum. Kita bukan memerangi orang, tetapi perbuatannya. Kalau mau turun gunung, bertanggung jawab atas perbuatannya, lebih menguntungkan semua pihak," ujarnya.


Editor: Agus Luqman

 

  • kelompok teroris Poso
  • Jaringan Teroris Santoso
  • Mujahidin Indonesia Timur
  • ancaman terorisme
  • Tito Karnavian
  • Operasi Tinombala

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!