HEADLINE

Insiden Tolikara, Ditjen Bimas Kristen : GIDI Siap Minta Maaf

Insiden Tolikara, Ditjen Bimas Kristen : GIDI Siap Minta Maaf

KBR, Jakarta - Pengurus Gereja Injili di Papua dikabarkan bersedia meminta maaf atas kasus penyerangan musholla dan pembubaran salat Idul Fitri di Tolikara, Papua. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen di Kementerian Agama mengklaim telah berkomunikasi dengan pimpinan Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) terkait kasus itu.

Direktur Jenderal Bimas Kristen Odhita Hutabarat menyatakan pimpinan Gereja Injili di Tolikara siap meminta maaf atas insiden tersebut. Pernyataan tersebut akan dilayangkan melalui surat resmi beserta pemaparan kronologis kejadian. Rencananya besok akan digelar konferensi pers di Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) di Salemba pukul 8 pagi.

"Dia berjanji malam ini akan mengirim surat tertulis kepada kami, kronologisnya dan pernyataan mohon maafnya. Saya sudah sampaikan juga kepada Pak Menteri tadi, saya sudah telepon, bahwa ini harus segera disikapi dengan bijaksana dan dengan baik, karena ini sangat mengganggu umat Islam. Lalu yang bersangkutan mengatakan, kami juga tidak ingin terjadi hal seperti itu, ibu, tetapi di luar dugaan kami. Tetapi, bapak tulis surat saja, saya bilang, dia berjanji malam ini akan mengirim email," kata Odhita ketika dihubungi KBR, Jumat (17/7)


Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama Odhita Hutabarat mendorong pihak gereja untuk melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh muslim. Kata dia, PGI telah mengajukan jadwal pertemuan, tetapi belum mendapat respon. Ia mengaku prihatin dan berharap permasalahan yang sama tidak terjadi lagi.

"Dari pihak PGI ingin menjadwal bertemu dengan tokoh-tokoh muslim, tapi belum ada respon" tutup Odhita.

Editor: Malika

  • insiden tolikara
  • Papua
  • idul fitri
  • Gereja Injil di Indonesia (GIDI)

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!