RAGAM

GEDWG: Media Kawal Proses Presidensi G20 demi Mendorong Isu Prioritas Gender & Disabilitas

"Perempuan menerima beban ganda yang lebih berat, dibuktikan dengan perempuan lebih cepat kehilangan pekerjaan namun lebih lambat dalam mendapatkan pekerjaan kembali. "

Firly Daffa

GEDWG: Media Kawal Proses Presidensi G20 demi Mendorong Isu Prioritas Gender & Disabilitas
Media Gathering Gender Equality and Disability Working Group yang diselenggarakan secara Hybrid.

KBR, Jakarta - Indonesia sebagai negara yang memegang Presidensi G20, perlu memanfaatkan momen ini untuk mengajak seluruh dunia agar bersama-sama mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Sebagai salah satu kelompok yang terlibat dalam G20, Civil20 (C20) berperan sebagai penghubung antara masyarakat sipil dengan para pembuat kebijakan di G20 agar suara masyarakat dapat tersampaikan secara lebih efektif.

C20 memiliki beberapa kelompok kerja yang membahas isu-isu yang relevan dan penting untuk dikawal dalam proses Presidensi G20, salah satunya adalah Gender Equality and Disability Working Group (GEDWG) yang berperan dalam mengawal pengarusutamaan perspektif Gender Equality Disability and Social Inclusion (GEDSI) dalam setiap isu prioritas yang diusung pada Presidensi G20.

Untuk mengangkat isu tersebut, Gender Equality and Disability Working Group (GEDWG) menyelenggarakan Media Gathering pada Selasa, 21 Juni 2022 lalu, dengan tema “Mendorong Isu Prioritas Gender Equality and Disability Working Group (GEDWG) dalam Presidensi G20”.

Dalam sambutannya Herni Ramdlaningrum, Co-Chairs C20 mengatakan, bahwa partisipasi perempuan sebetulnya dapat membawa perubahan di dalam perubahan sosial. Kondisi pandemi sudah menjadi trigger dalam perubahan sosial, dibuktikan dengan perempuan yang menjadi garda terdepan yang menjadi nakes, sosok ibu, dan juga guru yang harus menjaga dan bekerja dari rumah.

Perempuan menerima beban ganda yang lebih berat, dibuktikan dengan perempuan lebih cepat kehilangan pekerjaan namun lebih lambat dalam mendapatkan pekerjaan kembali. Perempuan selama ini ditempatkan di nomor dua, sehingga hal tersebut menjadi sebuah ketimpangan sosial.

Senada dengan Herni, Emmy Susanti dari Asosiasi Pendampingan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) memaparkan, bahwa Indonesia berada di peringkat ke 99 dari 156 di bidang perekonomian perempuan. Itu merupakan kesenjangan gender di industri pekerjaan. Keterlibatan perempuan di industri kerja masih sangat rendah.

Mike Verawati, Koordinator GEDWG memaparkan, 8 Tahun bukanlah waktu yang lama untuk menuju target SDGs Indonesia di tahun 2030. Sehingga agenda kita saat ini sudah seharusnya terkoneksi dengan agenda dari G20, agar forum ini tidak berjalan sendirian.

Maulani Rotinsulu dari Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) menyoroti G20 yang tidak membahas hak disabilitas. Maulani berharap dengan adanya forum seperti ini, hak-hak perempuan disabilitas bisa tersampaikan. Penyandang disabilitas mengalami diskriminasi berlapis-lapis, sehingga tidak merasakan benefit apapun dalam adanya acara G20.

Dengan melibatkan media GEDWG berharap isu ini terus dikawal dalam proses Presidensi G20, dengan demikian dapat tercipta komitmen bersama untuk mengupayakan pengarusutamaan perspektif Gender Equality, Disability and Social Inclusion (GEDSI) dalam forum G20.

Baca juga: Kementerian PPPA: Perempuan Harus Terlibat Dalam Agenda Lingkungan

Editor: Paul M Nuh

  • adv
  • perempuan
  • gender
  • kesetaraan
  • disabilitas
  • Presidensi G20

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!