BERITA

Vaksinasi Tak Jamin Keamanan Pembelajaran Tatap Muka?

""Bicara pembukaan sekolah atau pembukaan kembali sekolah, itu konteksnya bukan hanya sekolah buka seperti itu saja. Tapi membuka sekolah dengan memaksimalkan manfaatnya dan meminimalkan risiko.""

Adonia Bernike, Wahyu Setiawan, Sadida Hafsyah

Vaksinasi Tak Jamin Keamanan Pembelajaran Tatap Muka?
Siswa SD mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka di SDN Cihampelas, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/6/2021). (Foto: ANTARA/Agung Rajasa)

KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tetap menginginkan pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan mulai tahun ajaran baru atau Juli nanti.

Di sisi lain, penyuntikan vaksin COVID-19 terhadap guru dan tenaga pendidikan belum memenuhi target.

Keinginan menggelar PTM itu disampaikan Mendikbudristek Nadiem Makarim berulang kali, termasuk saat rapat kerja dengan Komisi Pendidikan di DPR, akhir Mei lalu. Nadiem berharap vaksinasi untuk pendidik diperbanyak dan dipercepat. Ia juga akan menguji coba secara terbatas, pelaksanaan PTM di 83 sekolah se-DKI Jakarta, mulai 9 Juni 2021.

“Alhamdulilah tim dari Kemenlu dan Kemenkes telah mendapatkan total 75 juta dosis vaksin. Jadinya insyaallah kita masih bisa mencapai target untuk menyelesaikan vaksinasi. Harapannya di akhir bulan Juli atau paling telat di akhir bulan Agustus,” kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI, Jakarta, Senin (31/5/2021).

Mendikbudristek Nadiem Makarim juga menegaskan, sekolah yang guru dan tenaga kependidikannya sudah menerima vaksin COVID-19, wajib membuka opsi pembelajaran tatap muka (PTM). Rincian aturannya tertuang dalam SKB 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 yang diterbitkan Maret lalu.

Demi mempercepat penambahan jumlah tenaga pendidik yang divaksinasi, Nadiem siap menggerakkan 13 ribu vaksinator dari lingkungan perguruan tinggi ilmu kesehatan.

Semula, Nadiem Makarim menargetkan vaksinasi COVID-19 pendidik, dari guru hingga jenjang pendidikan tinggi, selesai pada pekan kedua Juni ini. Tapi target itu dimundurkan lagi, menjadi Agustus nanti.

Sejak Februari hingga awal Juni 2021, baru 28 persen atau 1,5 juta dari total 5,6 juta pendidik dan tenaga kependidikan yang harus divaksinasi. Program vaksinasi sempat terkendala isu ketersediaan stok vaksin, akibat masalah impor dari negara produsen.

Diminta ditunda

Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) meminta pemerintah menunda Pembelajaran Tatap Muka (PTM) serentak, yang akan dilakukan Juli nanti.

Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim beralasan, pemenuhan target vaksinasi tenaga pendidik masih jauh dari harapan, atau baru 28 persen pada awal Juni ini. Padahal vaksinasi COVID-19 menjadi salah satu bagian penting untuk menekan laju penularan virus korona.

"Dirampungkan dulu vaksinasi. Ini saya kan mengacu kepada janjinya Mas Menteri ketika vaksinasi pertama yang simbolis di Jakarta. Sekolah bisa dibuka kalau vaksinasi guru dan tenaga kependidikan sudah rampung. Nah masalahnya adalah sampai bulan Mei terakhir itu, vaksinasi guru dan tenaga kependidikan baru sekitar satu juta orang untuk tahapan kedua vaksin. Memang masih ada PR yang sangat banyak. Karena targetnya kan 5,6 juta vaksin bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang dirampungkan di bulan Juni mestinya," ujar Satriwan saat dihubungi KBR (6/6/2021).

Satriwan Salim menambahkan, vaksinasi yang belum rampung membuat para guru khawatir dan orangtua pun ragu mengizinkan putra-putrinya kembali ke sekolah.

Ia mengaakan dari 550 ribu lebih sekolah di seluruh Indonesia, baru 55 persen sekolah yang merespon daftar periksa dari Kemendikbud Ristek. Daftar periksa itu berisi 11 poin terkait pemenuhan sarana dan prasarana protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

Satriwan menyarankan agar Pendidikan Tatap Muka tidak dilakukan serentak, melainkan harus berdasarkan kesiapan sekolah itu sendiri.

Waswas

Sejumlah orang tua siswa masih ragu mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka. Ayu Yudha, orang tua murid di SMA Tunas Daud Denpasar, Bali berpendapat belum ada jaminan sekolah bebas dari Covid-19, walau semua guru telah di vaksin.

"Karena gurunya aman, tapi penularan kan tidak selalu dari guru. Bisa dari teman-temannya dan bisa dari benda-benda sekitarnya, dari rumah yang mereka bawa. Kalau gurunya setelah vaksin aman tapi kan penularannya bisa dari banyak aspek. Belum setuju sih (pembelajaran tatap muka), " ujar Ayu saat dihubungi KBR, Senin (7/6/2021).

Ayu Yudha khawatir anaknya yang berumur di bawah 18 tahun menjadi pembawa virus atau bahkan tertular virus karena belum di vaksin.

Kekhawatiran juga disampaikan Genta Kusuma, salah satu orang tua murid di salah satu SMA internasional di Bali. Genta berpendapat seharusnya sekolah bisa menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan membatasi kapasitas kelas.

"Untuk persiapan sekolah, kembali lagi mereka (sekolah) harus membatasi kapasitas kelas setengahnya. Saya rasanya tidak menjadi masalah. Tapi yang terpenting adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Jangan sampai ada anak yang tidak pakai masker, jadi betul-betul prokes itu harus diperhatikan, " jelas Genta kepada KBR, Senin (7/6/2021).

Genta Kusuma mendorong pemerintah mempercepat distribusi vaksinasi ke daerah, khususnya bagi tenaga pendidik dan guru agar pendidikan tatap muka tetap bisa terlaksana dengan baik.

Tidak paksakan diri

Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta sekolah tak memaksakan diri belajar tatap muka jika belum siap.

Kata Dicky, sekolah harus memastikan mereka siap dari segi kepatuhan akan protokol kesehatan dan jaring pengamannya. Tanpa kesiapan, pembukaan sekolah justru akan membuka celah kerawanan penularan Covid-19.

"Bagaimana vaksinasi pada orang dewasa di sekolah itu seperti guru, staf sekolah? Bagaimana juga kita memperkuat aspek 3T dan 5M di lingkungan di kota itu? Bicara pembukaan sekolah atau pembukaan kembali sekolah, itu konteksnya bukan hanya sekolah buka seperti itu saja. Tapi membuka sekolah dengan memaksimalkan manfaatnya dan meminimalkan risikonya," kata Dicky kepada KBR melalui sambungan telepon, Minggu (6/6/2021).

Dicky Budiman menyarankan ada monitoring berkala jika sekolah sudah dibuka. Pemantauan perlu dilakukan karena kondisi pandemi sangat dinamis. Dicky juga menyarankan ada percontohan atau pilot project terlebih dahulu sebelum sekolah dibuka serentak.

Ia juga menyarankan agar pembukaan sekolah dilakukan secara berkala dan tanpa adanya pemaksaan. Dalam waktu dekat, uji coba pembukaan sekolah akan diterapkan di 80-an sekolah di Jakarta pada 9 Juni mendatang.

Editor: Agus Luqman

  • Covid-19
  • pandemi
  • vaksinasi
  • sekolah tatap muka
  • pembelajaran jarak jauh
  • Nadiem Makarim

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!