CERITA

Wirahadi Pindah Ring: Dari Jihad Poso Jadi Petinju (1)

Dulu pengebom, sekarang petinju (Foto: KBR)

Nama Wirahadi pernah menjadi incaran kepolisian Makassar, Sulawesi Selatan. Bersama kelompoknya, Wirahadi meledakkan ruang pamer (showroom) mobil milik keluarga Jusuf Kalla. 


Hadi muda dikenal licin dan sulit ditangkap. Bahkan setelah ditangkap, Ia berhasil melarikan diri dari jeruji besi. Inilah kisah terpidana 19 tahun penjara dalam kasus terorisme dan titik balik hidupnya.  


“Saya Wirahadi. Eks daripada pelaku peledakan bom (di bus) Antariksa jurusan Palu - Poso. Kemudian terjadi penembakan di Sausu, di Kabupaten Parigi. Kemudian pengeboman di Alkitab di Palu jalan Manimbaya.” 


Itu tadi sepenggal pengakuan aksi sadis yang pernah dilakukan Wirahadi sekitar 15 tahun yang lalu. Saat itu usianya masih 19 tahun. Serangkaian kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah tahun 1998 hingga 2001 lah yang memicu Wirahadi menyemburkan keberingasannya. 


Keinginannya untuk berjihad didasari pada rasa dendam terhadap kelompok Nasrani yang dianggap telah membantai orang-orang Islam. Ratusan orang dari kedua kelompok di Poso tewas karena konflik sara.


Bukan sekadar bermodal nyali besar, Hadi membekali diri dengan ikut serangkaian pelatihan ala militer di daerah pegunungan di Poso.Tak ketinggalan, persenjataan yang dibeli secara ilegal juga dipersiapkan untuk melancarkan aksi kelompoknya. 


“Alat dari kami, ngerampok, dalam agama fa’i, untuk beli senjata. Kami beli sendiri. Kami biasa sampai ke Filipina,Mindanau. (Dulu berapa orang?) Kalau dulu kami ada ratusan, kaimaya, tanahruntuh, pesisir, lawangan….Poso dikuasai mujahidin,” paparnya. 


Desember 2002 adalah puncak aksi yang dilakukan oleh kelompok Wirahadi. Dengan keahlian yang sudah didapat dari pelatihan, Ia melakukan serangkaian peledakan. Mulai dari Poso, hingga Makassar. 


“Itu dilatarbelakangi pertama yang terjadi yang di bus antariksa jurusan Palu - Poso karena kami dulu diperangi banyak saudara kami dibunuh dibantai oleh pihak kaum Nasrani. Sehingga kami membalasanya dengan mengadakan pengeboman bus antariksa jurusan Palu Poso.” 


“Kemudian terjadi pengeboman di Manginbaya, Palu. Itu adalah salah satu kaderisasi dari pihak mereka. Bahwa untuk memerangi kaum muslimin di Poso. Kemudian penembakan di Malaposa (Sausu) karena saya ambil motor jadi saya menembak untuk motornya itu saya pakai untuk merampok di Palu untuk cari dana. Kemudian terjadi peledakkan di Makasar.” 


Salah satu sasarannya di Makassar adalah ruang pamer (showroom) mobil milik keluarga Jusuf Kalla. Motifnya, ketidakpuasan atas Deklarasi Perdamaian Malino Pertama yang digagas JK pada 2001. Menurut dia, deklarasi itu tidak menyelesaikan masalah, sebab hak-hak orang Islam yang hilang ketika konflik tidak dikembalikan.


“Yang mana umat Islam belum merasakannya perdamaian. Hak-haknya umat Islam yang ada di Poso yang bertempat di kalangan masyarakatnya orang Nasrani semua diambil kaum muslimin. Harta-harta mereka, hasil kebun mereka. Belum bisa diambil dari kalangan umat Islam.” 


Hal itu dibenarkan oleh tokoh Islam di Poso, Adnan Arsal. Menurutnya, bagi sebagian kelompok, Perjanjian Malino tidak mengakhiri semua aksi kekerasan. Justru menjadi pemicu aksi-aksi selanjutnya. 


“Konflik Poso dulu akibat konflik dua agama. Kemudian datang deklarasi Malino. Tapi karena tidak dijalankan dengan baik terutama penegakkan hukum, dan aparat lebih banyak melakukan pendekatan keamanan sehingga itu membuat sebagian eks kombatan Poso marah dan inilah yang terus terjadi. Iya itu yang terjadi. Sebenarnya kalau kita pikir, kenapa persoalan Poso ini antara Islam-Kristen itu tidak diselesaikan secara terstruktur ke akarnya, tiba-tiba beralih ke teroris.” 


Simak cerita Wirahadi berikutnya di sini: Wirahadi Pindah Ring: Dari Jihad Poso Jadi Petinju (2) 

  • deradikalisasi
  • Konflik Poso
  • DRL

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!