HEADLINE

Aktivis: Indonesia Darurat Kekerasan Seksual

"Tidak ada alasan untuk menutup mata. "

Aktivis: Indonesia Darurat Kekerasan Seksual

KBR, Jakarta - Ratusan kelompok masyarakat mendesak pemerintah segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

Menurut aktivis Politik Rakyat, Vivi, saat ini kekerasan seksual terurama terhadap perempuan terjadi dimana-mana. Menurut dia, fakta ini seharusnya cukup jadi alasan bagi Pemerintah dan DPR mengesahkan RUU yang sudah masuk Prolegnas 2016.

"Tidak ada alasan untuk Pemerintahan Jokowi menutup mata. Tidak ada alasan mereka menutup mata terhadap kekeradan yang terjadi dimana-mana. Pemerintah harus mengambil tindakan nyata salah satunya mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Semakin ditunda, semakin banyak korban,"ujarnya di kantor LBH Jakarta, Selasa (3/5/2016).

Berdasarkan catatan Komnas Perempuan tahun 2016, saat ini kasus kekerasan seksual menempati peringkat kedua dari keseluruhan kekerasan terhadap perempuan. Hingga 2016, 2300 kasus perkosaan telah terjadi. Selain itu, ada 601 kasus pencabulan dan 166 kasus pelecehan.

Eka dari Migrant Care mengungkapkan kekerasan seksual juga terjadi pada buruh migran. Pelakunya bukan hanya majikan. Karena menurut Eka, mereka mengalami kekerasan sejak masih di Indonesia.

"Saat pemeriksaan kesehatan kami dibuka bajunya di depan dokter pria tanpa pendampingan dari dokter perempuan. Buruh migran juga menerima kekerasan sejak masih di penampungan,"kata dia.

Kekerasan juga terjadi di sektor pendidikan. Aliansi Remaja Independen mencatat banyak remaja mengeluh mengalami kekerasan seksual yang pelakunya teman sebaya, kakak kelas, bahkan guru.

Namun para aktivis melihat kasus kekerasan seksual belum ditangani serius. Kesalahan sering kali masih dibebankan pada perempuan. Menurut Vika dari Hivos, banyak kekerasan seksual ditutupi.

"Kekerasan seksual sering ditutupi. Padahal kekerasan juga terjadi pada lesbian oleh keluarganya sendiri yang ingin mengubah mereka menjadi hetero. Ini juga terjadi di sektor keagamaan. Kita belum sensitif pada kata-kata perkosaan. Itu jadi candaan, tapi kita lupa apa yang dirasakan korban."

Awal April lalu, seorang pelajar SMP bernama YY di Bengkulu diperkosa 14 temannya dan dibunuh. Namun, kasus ini seolah tenggelam.

Vivi mendesak pemerintah menbuat posko pencegahan kekerasan seksual. Ia juga melihat perlu ada sosialisasi kepada masyarakat mengenai kesetaraan gender. 

  • kekerasan terhadap perempuan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!