HEADLINE

Jokowi Ingin BPJS Ketenagakerjaan Bangun Rumah untuk Buruh

" Pemerintah kini tengah membahas rencana tersebut dengan para pimpinan serikat buruh agar pemberian rumah tepat sasaran"

Aisyah Khairunnisa

Presiden Joko Widodo. Foto:KBR/Danny Setiawan
Presiden Joko Widodo. Foto:KBR/Danny Setiawan

KBR, Jakarta – Presiden Joko Widodo meminta agar anggaran di sejumlah lembaga yang tidak terpakai bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh. Misalnya anggaran BPJS Ketenagakerjaan yang selama ini tersimpan karena belum ada aturan yang memungkinkan anggaran digunakan. Pria asal Solo ini ingin agar anggaran tersebut sebagian besar bisa dibuat membangun rumah. Kata Jokowi, pihaknya kini tengah membahas rencana tersebut dengan para pimpinan serikat buruh agar pemberian rumah tepat sasaran.

“Anggaran lembaga-lembaga ?pemerintah yang seharusnya bisa dipakai untuk pekerja, untuk buruh. Baik untuk perumahan, dll. Yang selama ini hanya diam, tersimpan, karena aturannya memang tidak memungkinkan. Saya berikan contoh, BPJS ketenagakerjaan dananya Rp 180 triliun. Uang yang Rp 180 triliun itu nanti bisa dipakai, bisa 30%, bisa 40%, untuk menyiapkan perumahan bagi para buruh dan pekerja,” kata Jokowi dalam pidatonya sebelum membuka Kongres ke-7 KSBSI, Senin (4/5).

Jokowi berharap dari Rp 180 triliun anggaran BPJS Ketenagakerjaan itu, dana untuk kesejahteraan buruh bisa digunakan hingga 50%. Karena selama ini porsi investasi perumahan dari BPJS Ketenagakerjaan hanya berkisar 5%. Padahal, kata Jokowi, di negara lain anggaran semacam itu bisa digunakan lebih dari 50%. Jokowi berharap pembahasan perubahan penggunaan anggaran itu bisa segera diselesaikan agar beban buruh untuk masalah sewa rumah bisa lebih ringan. 

Editor: Malika

  • Jokowi
  • Joko Widodo
  • bpjs
  • bpjs ketenagakerjaan
  • anggaran BPJS
  • Buruh
  • rumah murah untuk buruh

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!