BERITA

Tak Diakui WHO Vaksin Sinovac Jadi Kendala Umrah, Wapres Minta Menkes Lobi

Tak Diakui WHO Vaksin Sinovac Jadi Kendala Umrah, Wapres Minta Menkes Lobi

KBR, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendorong Perusahaan Sinovac agar segera mempercepat pendaftaran vaksin Coronavac untuk mendapatkan pengakuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Juru bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi mengatakan hal itu tidak lain agar jamaah Indonesia dapat melakukan perjalanan umroh sesuai ketentuan otoritas Arab Saudi yang hanya mengizinkan jamaah penerima vaksin yang diakui WHO.

"Begitu juga lobi terhadap pemerintah Cina supaya bagaimana pemerintah kita mendorong, pemerintah Indonesia mendorong kepada pemerintah Cina agar segera melakukan proses secepatnya, supaya WHO segera memberikan sertifikasi kepada vaksin Sinovac," kata Masduki kepada wartawan, Kamis (22/4/2021).

Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga meminta agar pemerintah Arab Saudi memberikan izin jamaah Indonesia penggunaan vaksin Sinovac agar bisa melakukan perjalanan umrah.

Masduki mengatakan pemerintah Arab Saudi memberikan kesempatan masyarakat Indonesia untuk melaksanakan selama bulan ramadan.

Pemerintah Arab memberikan kuota sebanyak 50.000 perhari untuk jamaah di seluruh dunia. Khusus untuk jamaah Indonesia, Baidlowi mengaku belum mendapat kepastian dari pemerintah Arab Saudi.

"Syaratnya itu adalah para jamaah sudah divaksin Covid-19," katanya

Peluang izin umrah itu diungkapkan Masduki mendapat kendala. Pasalnya, sebagian masyarakat Indonesia menerima suntikan vaksin sinovac yang masih dalam proses pendaftaran di WHO.

"Masalahnya vaksin yang boleh masuk ke Arab Saudi vaksin yang mendapat sertifikasi WHO," ujar Masduki.

Editor: Rony Sitanggang

  • haji
  • umrah
  • vaksin sinovac
  • wapres maruf amin

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!