KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta seluruh warga negara tidak takut melawan segala tindakan intoleran dan kekerasan. Pesan itu disampaikan Presiden Jokowi saat memimpin peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-62 di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 18 April 2016.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi juga meminta rakyat Indonesia tidak gampang tergoda dengan isu-isu SARA yang hanya memperlemah pilar kebangsaan Indonesia.
"Jangan takut melawan tindakan-tindakan intoleran dan kekerasan atas nama apapun. Mari terus perkuat komitmen komitmen bersama kita dalam menjaga dan merawat kodrat kebersamaan kita, Bhineka Tunggal Ika," kata Jokowi di Istana Negara, Selasa (18/4/2017).
Baca juga:
-
Bentuk Tim Atasi Intoleransi, Presiden Ingin Mayoritas Anggota dari Tokoh Masyarakat
-
Bertemu Kiai Said Aqil, Presiden Jokowi Bahas Islam Radikal
Jokowi menambahkan, hidup harmoni dalam kebhinekaan juga dicerminkan para pendiri Konferensi Asia Afrika (KAA). Jokowi mengingatkan kembali saat pembukaan KAA pertama di Bandung, pada 18 April 1955. Saat itu, kata Jokowi, Presiden pertama Indonesia, Soekarno menyebutkan prinsip kesatuan (unity) dan kemajemukan (diversity) sebagai kekuatan pemersatu.
"Pada waktu itu para delegasi dari setiap negara juga memakai baju nasional masing-masing. Beraneka corak, beraneka ragam, beraneka warna. Semua itu menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang, warna kulit, agama maupun budaya tidak menghalangi kita untuk bersatu," lanjut Jokowi.
Jokowi mengatakan Indonesia patut bangga karena memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai kodrat kebangsaan. Semboyan itu, kata Jokowi, menjadikan Indonesia sebagai referensi bagi dunia internasional sebagai negara yang mampu mengelola keberagaman.
"Dulu Indonesia menjadi salah satu inisiator solidaritas Asia Afrika, menjadi inspirator negara terjajah untuk merdeka. Sekarang Indonesia menjadi rujukan dalam mengelola keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan," kata Jokowi.
Baca juga:
-
Menteri Agama: Jangan Sampai Pilkada Memutus Tali Persaudaraan
-
Intolerasi, Wahid Foundation: Trend dari Kekerasan Bergeser ke Kriminalisasi
Editor: Agus Luqman