HEADLINE

Simposium Tragedi 1965, Kontras Kritik Kehadiran Komnas HAM

""Komnas HAM tidak hadir secara strategis! Padahal mereka memiliki data mengenai penyelidikan, siapa-siapa saja yang terlibat, tapi mereka tidak hadir secara strategis,""

Simposium Tragedi 1965, Kontras Kritik Kehadiran Komnas HAM
Simposium Nasional Tragedi 1965. (Sumber: Youtube)

KBR, Jakarta- LSM Hak Asasi Manusia Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mengkritik peran Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)  dalam Simposium mengenai tragedi 1965. Salah satu aktivis Kontras, Puri Kencana Putri mengatakan, sebagai lembaga yang memiliki data mengenai adanya pelanggaran HAM dalam peristiwa 1965, Komnas HAM seharusnya bisa memberikan paparannya secara lengkap. Tapi yang terjadi dalam simposium itu, Komnas HAM justru bertindak seolah sebagai event organizer.

"Saya sangat menyayangkan peran Komnas HAM dalam acara tersebut. Saya juga menyaksikan tayangan melalui streaming, nama-nama Komisioner Komnas HAM seperti Rochiatul Aswidah, dan juga Nurcholis hanya berperan untuk mengantarkan mikropon ke narasumber. Komnas HAM tidak hadir secara strategis! Padahal mereka memiliki data mengenai penyelidikan, siapa-siapa saja yang terlibat, tapi mereka tidak hadir secara strategis," ujarnya.


Selain itu, ia juga mengaku pesimistis simposium itu bakal menghasilkan sebuah kebijakan yang selama ini diinginkan oleh keluarga korban.


Simposium mengenai tragedi 1965 masih akan berlangsung hingga besok. Pada simposium itu, salah satu solusi yang diusulkan adalah melalui jalur nonyudisial atau rehabilitasi. Jika menggunakan metode rehabilitasi, berarti pemerintah harus membersihkan nama korban yang selama ini dianggap terlibat dalam Tragedi 1965

Editor: Rony Sitanggang

 

  • Simposium nasional “Membedah Tragedi 1965”
  • aktivis Kontras
  • Puri Kencana Putri
  • komnas ham
  • tragedi65

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!