HEADLINE

PMKRI Dorong Proses Pengadilan Tragedi '65

"FX Dodi Geger tidak ingin forum Simposium Nasional di Jakarta yang mengundang pelaku dan korban tragedi tersebut menguap menjadi hanya pembicaraan. "

PMKRI Dorong Proses Pengadilan Tragedi '65
FX Dodi Geger (kiri berbaju kuning), bekas anggota PMKRI di Simposium Nasional Tragedi 1965, Jakarta, Selasa, 19 April 2016. Foto: Ria Apriyani

KBR, Jakarta - Pelaku pembantaian 1965/66 mengusulkan pembentukan tim pencari fakta tragedi kejahatan kemanusiaan pasca Oktober 1965.

Menurut salah satu bekas anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), FX Dodi Geger, stempel negatif terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) dan simpatisan tidak akan sirna, apabila tidak ada pembuktian di Pengadilan.

Karenanya, dia tidak ingin forum Simposium Nasional di Jakarta yang mengundang akademisi, pelaku dan korban tragedi tersebut menguap menjadi hanya pembicaraan.

"Apakah betul PKI berontak? Kalau tidak berontak, katakan tidak berontak. Stigma tidak akan hilang selama PKI dikatakan pemberontak. Pada 1948, 1965, padahal belum tentu berontak. Mari kita buktikan asas praduga tak bersalah lewat pengadilan terbuka," katanya di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa, 19 April 2016. 

FX Dodi mengakui keterlibatan PMKRI dalam tragedi pasca Oktober 1965. Namun, ia yakin bahwa pergerakan pemuda Katolik itu tidak berjalan sendiri.

"Kalau kami jelas pelaku PMKRI, pada saat itu. Tetapi apa benar kami melakukan semua ini dilakukan dengan hati nurani? Pasti ada yang nyuruh dong. Siapa big bos-nya? Terdiri dari korban, pelaku. Kami akan mencoba cari saksi-saksi. Kita undang pak Cosmas (Cosmas Batubara), Pak Harry (Harry Tjan Silalahi), senior saya," ungkapnya.

Selain soal keterlibatan PKI, Dodi juga ingin ada pembuktian terhadap dugaan keterlibatan pembina PMKRI, Pater Beek dalam tragedi tersebut.

"Kemarin kami tergelitik dengan ulasan pak Batara Hutagalung bahwa pembina kami Pater Beek sebagai agen CIA. Kami menganggap ini proses sejarah. Mari kita buktikan," pintanya.   

Pater Beek adalah pria kontroversial kelahiran Belanda yang pernah menetap di Indonesia dalam dua periode. Pertama pada 1939 hingga 1941, lalu pada 1956. Pada rentang waktu itu, ia ditugasi Ordo Jesuit menyebarkan Kristen di Jawa, terutama Jawa Tengah.

Namun ia juga dianggap sebagai agen ganda untuk menghancurkan komunisme dan menggulingkan Soekarno. Di Indonesia, selain berhubungan dengan Pastur Gereja. Ia pun dianggap menjalin hubungan erat dengan pimpinan TNI Angkatan Darat antikomunis, di antaranya Soeharto.

Editor: Quinawaty Pasaribu

  • Simposium nasional “Membedah Tragedi 1965”
  • tragedi65

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!