HEADLINE

Pemerintah Belum Tahu Kondisi Empat WNI Sandera Abu Sayyaf

Pemerintah Belum Tahu Kondisi Empat WNI Sandera Abu Sayyaf
Keluarga WNI korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Badan Intelijen Negara (BIN) mengaku belum mengetahui posisi dan kondisi empat WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Kepala BIN Sutiyoso memperkirakan keempat WNI tersebut tidak berada di satu tempat dengan sepuluh WNI yang disandera lebih dulu.

Meski begitu Sutiyoso yakin keempat WNI masih hidup dan pihak penyandera bakal segera membuka komunikasi.

"Belum bisa saya katakan di mana, mungkin berpisah, mungkin sama-sama, tetapi pastinya kita belum komunikasi. Itu artinya dia tidak satu grup. Kalau dia satu grup dengan yang 10 itu pasti kita tahu. Tapi saya yakin, karena dia nyandera kan mau cari duit, pasti akan membuka komunikasi dengan kita," kata Sutiyoso di kompleks Istana, Selasa (26/4/2016).


Sutiyoso memperkirakan, kelompok penyandera tengah menunggu penyelesaian sepuluh WNI sebelumnya. Itu sebab, mereka belum membuka komunikasi tentang sandera empat WNI lainnya. Sutiyoso menyatakan sepuluh WNI masih hidup dan dalam kondisi sehat.


"Karena kelompoknya sama dengan yang sepuluh itu, barangkali dia melihat yang sepuluh itu diselesaikan bagaimana. Kalau WNI kita, kita yakinkan bahwa sepuluh orang itu masih hidup dan sehat kondisinya, karena kita bisa komunikasi lewat jaringan kita," ujar dia.


Terkait eksekusi terhadap sandera dari Kanada kemarin, Sutiyoso menduga ini lantaran tidak ada penyelesaian.


"Kalau Kanada itu kan karena sudah final, sudah sekian lama lah nggak ada penyelesaian, barangkali itu lalu keputusan itu diambil," tutur Sutiyoso. 


Kekuatan Asing

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal menganggap wajar Filipina yang tak mengizinkan kekuatan asing lain masuk secara militer. Alasannya itu bersangkutan dengan kedaulatan negara. Dan hal ini, menurutnya bukanlah suatu kendala untuk membebaskan WNI yang disandera Kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

"Memang sejak awal itu bukan opsi. Memang perlu ada penguatan keamanan di wilayah tersebut tapi itu akan dibahas nanti tanggal 5 kan akan ada pertemuan menlu ketiga negara dan panglima angkatan bersenjata ketiga negara akan bertemu di Jakarta dan akan dibahas mekanisme dalam kondisi darurat seperti apa kerja samanya. Kalau dengan kondisi sekarang memang tidak bisa kita masuk ke sana, tapi bukan berarti upaya kita untuk membebaskan tidak kita lakukan," kata Iqbal kepada KBR (26/4/2016)


Iqbal menambahkan komunikasi masih terus berlangsung dengan berbagai pihak di Indonesia dan Filipina untuk mengupayakan pembebasan tersebut, dan meminta jaminan keselamatan terhadap Warga Negara Indonesia yang disandera.

Kata Iqbal kondisi para sandera dalam keadaan sehat hingga sekarang. Mengenai sandera dari Kanada yang baru saja dibunuh oleh Kelompok Abu Sayyaf karena tak ada tebusan, Iqbal menjelaskan hal tersebut terjadi di lokasi yang berbeda dengan sandera WNI. Selama ini Indonesia selalu menekankan keselamatan sebagai prioritas meski tak akan berurusan dengan tebusan.

"Pemerintah tidak pernah dealing dengan urusan tebusan, pemerintah tidak akan negosiasi dan menebus kelompok kriminal seperti itu tapi upaya persuasi kita lakukan. Indonesia bukan orang baru di wilayah itu. Kita pahami wilayah itu lebih dari negara lain," pungkasnya.

Sebelumnya 10 WNI awak kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipana. Penyanderaan baru diketahui pada sebulan lalu (26 Maret) setelah penyandera menghubungi pemilik kapal. Belum usai kesepuluh WNI itu dibebaskan, kelompok Abu Sayyaf kembali menyandera (15/04) 4 WNI awak Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi. 


Editor: Rony Sitanggang

  • Abu Sayyaf
  • wni disandera
  • Kepala BIN Sutiyoso
  • Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!