HEADLINE

Hidayatullah.com Tak Pernah Diberitahu Soal Pemblokiran

Aisyah Khairunnisa

Hidayatullah.com Tak Pernah Diberitahu Soal Pemblokiran

KBR, Jakarta – Pemimpin Redaksi Hidayatullah.com, Mahladi, menyatakan tidak pernah mendapat pemberitahuan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengenai pemblokiran situsnya yang dianggap radikal.

Alasan pemblokiran baru dia ketahui Minggu (5/4/2015) siang setelah bertemu dengan Kepala BNPT Saud Usman Nasution dalam diskusi di Sekretariat AJI Jakarta.

“Sejak awal kami nggak pernah dikasih tahu. Tidak pernah diberi e-mail, tidak pernah ditelepon, juga tidak pernah dikasih tahu alasan pemblokiran itu apa. Jadi wajar kalau kami bertanya,” ujarnya.

Kata dia, di situsnya ada dua tulisan mengenai kelompok radikal ISIS yang dianggap berbahaya oleh BNPT. Pihaknya sudah meminta jawaban dari Kominfo dan mendapatkan jawaban yang mengecewakan.

“Tapi apa jawab Kominfo? Mohon maaf mas, kami tugasnya cuma memblokir, tidak melakukan evaluasi. Jadi kami tidak bisa jawab apa di mana letak bahayanya,” ujarnya menirukan perkataan petugas Kominfo.

Dari Kominfo, dia dapat informasi bahwa pihak yang meminta pemblokiran adalah BNPT. Dia kemudian ingin bertemu BNPT.

Mahladi menambahkan, pemblokiran Hidayatullah.com telah membuat citra situs dan pesantren Hidayatullah tercoreng. Menurutnya, banyak pihak kini melabeli pesantren itu sebagai pesantren teroris.

Mahladi mengatakan, situsnya adalah situs dakwah yang sudah ada sejak 1996. Rata-rata kunjungan ke situsnya mencapai 50 ribu pengunjung per hari. Hidayatullah juga memiliki hampir 299 pesantren Islam modern di 33 provinsi. "SBY bahkan datangi pesantren kami. JK juga sering," katanya.

Editor : Rio Tuasikal

 

  • internet freedom
  • internet
  • situs islam
  • Situs berita
  • Islam
  • Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!