HEADLINE

Datangi Gubernur NTB, Wantimpres Bahas Isu Radikalisme

"Kedatangan Malik Fadjar untuk membahas berbagai persoalan radikalisme yang semakin mengancam Indonesia. "

Zainul Majdi.
Gubernur NTB, Zainul Majdi. Foto: Turmuzi

KBR, Mataram - Salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Abdul Malik Fadjar mendatangi Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) M. Zainul Majdi di ruangannya Jum’at (17/04) siang.


Kedatangan Malik Fadjar untuk membahas berbagai persoalan radikalisme yang semakin mengancam Indonesia. Kedatangan Malik juga untuk melihat dan mencermati bagaimana dinamika yang terjadi di daerah NTB.


Hal itu dikatakan Gubernur NTB, Zainul Majdi usai pertemuan itu. Ia mengatakan, banyak materi dibahas terkait dengan bagaimana mempertahankan ideologi negara bersama anggota Wantimpres tersebut. Hal penting lainnya yang patus diwaspadai yaitu neokomunisme yang saat ini sudah mulai disuarakan golongan tertentu.


“Ada beberapa hal masalah bagaimana mempertahankan ideologi negara, intinya beliau datang untuk mencermati bagaimana dinamika yang ada di NTB dan ada beberapa hal yang terkait dengan ideologi negara, bagaimana kita mewaspadai ekstrim kanan dan ekstrim kiri dan termasuk juga upaya untuk mewaspadai neokomunisme yang sudah mulai ada yang menyuarakan yang perlu kewaspadaan kita semua,” kata Zainul Majdi, Kamis (17/4/2015) siang.


Sebelumnya, pada Rabu (15/04) lalu, Gubernur NTB, Zainul Majdi bersama 11 tokoh agama lainnya diundang oleh Wakil Presiden Jusup Kalla ke Istana Wapres. Kedatangan mereka untuk berdiskusi terkait radikalisme yang sedang mengancam.


Selain diskusi di dalam negeri, Gubernur NTB, Zainul Majdi juga termasuk salah satu tokoh Islam di Indonesia yang pernah diundang oleh kerajaan Arab Saudi untuk membahas masalah radikalisme yang sedang berkembang di dunia.


Editor: Anto Sidharta 

  • ntb
  • radikalisasi
  • Toleransi
  • deradikalisasi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!