BERITA

Survei Charta Politika: Dikeroyok atau Head to Head, Ahok Tetap Unggul

" Survei itu menunjukkan 82,8 persen responden puas dengan kinerja pemerinah DKI di bawah gubernur Ahok."

Wydia Angga, Agus Lukman

Survei Charta Politika: Dikeroyok atau Head to Head, Ahok Tetap Unggul
Hasil survei Charta Politika yang digelar 15-20 Maret lalu menunjukkan tingkat elektabilitas Basuki Tjahja Purnama masih jauh di atas nama-nama kandidat lain . (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Jika pemilihan gubernur Jakarta digelar hari ini, Basuki Tjahaja Purnama akan kembali menduduki kursi gubernur. Itu berdasarkan survei yang digelar lembaga survei Charta Politika, pada 15-20 Maret lal.


Hasil survei berjudul "Siapa Berani Lawan Ahok" itu dipaparkan Rabu (30/3/2016), di kantor Charta Politika Indonesia Jl Kebayoran Baru Jakarta Selatan.


Survei itu dilakukan terhadap 400 responden yang diambil secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk yang sudah memiliki hak pilih di lima wilayah di Jakarta (termasuk Kabupaten Kepulauan Seribu). Survei dilakukan secara tatap muka dengan kuesioner terstruktur.


Survei yang dilakukan Charta Politika Indonesia, menyebutkan sebanyak 30,3 persen  masyarakat DKI mengharap gubernur yang tegas, 19,8 persen inginkan yang bersih dari KKN, sebesar 16,8 persen mengharap yang bisa dipercaya dan 15,5 persen masyarakat ingin gubernur yang perhatian pada rakyat.

Dalam survey tersebut, menunjukkan pula bahwa Gubernur petahana Basuki Tjahaya Purnama berada di tingkat pertama dalam tingkat elektabilitas top of mind sebagai calon gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 dengan pemilih 44,5 persen. Menyusul nama Yusri Ihza Mahendra di posisi ke dua di angka 7,8 persen. Meski begitu, Direktur Charta Politika Indonesia, Yunarto WIjaya melihat masih mungkin muncul kejutan-kejutan dalam pertarungan politik di Ibu kota.


"Tapi Jakarta ini dinamisasinya bukan tidak mungkin menimbulkan kejutan-kejutan. Dulu siapa sangka Jokowi di ujung-ujung kemudian bisa maju. Dulu kita katakan calon lain susah kalahkan Foke karena nama-nama yang muncul tidak dianggap punya diferensiasi besar. Jadi saya tetap melihat peluang pertarungan di DKI masih menarik karena aktor yang bertarung adalah skala politik nasional. Ini gengsi buat partai, gengsi buat kekuatan politik," ungkap Yunarto, Rabu (30/3/2016)  


Dari sampel yang diambil itu, margin of error sekitar 4,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.


Isi survei mulai dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan DKI di bawah kepemimpinan Ahok, hingga siapa yang akan dipilih pada pilkada berikutnya.


Survei itu menunjukkan 82,8 persen responden puas dengan kinerja pemerinah DKI di bawah gubernur Ahok. Hanya 12,5 persen yang merasa kurang puas, dan 2,3 persen mengaku tidak puas sama sekali.


Pada pemilihan gubernur 2012, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama pernah menjanjikan "Jakarta Baru" dalam kampanyenya. Dari 400-an responden yang disurvei Charta Politika, 75 persen menganggap ada perubahan di Jakarta atas janji "Jakarta Baru" itu.


Layanan yang paling banyak diapresiasi adalah pelayanan kantor kelurahan (84 persen), pelayanan Kartu Jakarta Sehat (75 persen) dan pelayanan kesehatan masyarakat baik Puskesmas dan Rumah Sakit (74 persen).


Sementara 7,5 persen menganggap belum ada perubahan di Jakarta, 14 persen tidak ada perubahan sama sekali dan 3,5 persen tidak tahu atau tidak memberikan jawaban.


Mengenai kriteria calon gubernur idaman warga Jakarta, sebanyak 30 persen responden menginginkan sosok yang tegas, 19 persen butuh calon yang bersih dari korupsi, 16 persen ingin calon yang bisa dipercaya, dan sisanya mengharapkan calon yang perhatian pada rakyat, pintar dan berwibawa.


Pada pertanyaan seputar nama calon gubernur dengan pilihan terbuka, nama Ahok menempati urutan teratas (top of mind) dengan 44 persen pilihan responden, disusul Yusril Ihza Mahendra (7,8 persen) dan Tri Rismaharini (2,8 persen).


Sisanya menyebut nama Ridwan Kamil (1,8 persen), Sandiaga Uno (1,5 persen), Hidayat Nur Wahid (1,0 persen), Adhyaksa Dault (0,8 persen), Biem Benyamin (0,8 persen), Ganjar Pranowo (0,8 persen), Abraham Lunggana (0,5 persen), Ahmad Dhani (0,3 persen), Desy Ratnasari (0,3 persen) dan Heru Budi Hartono (0,3 persen).


Dari nama-nama itu, Charta Politika mensimulasikan 14 nama, dengan tambahan Nachrowi Ramli dan Djarot Syaiful Hidayat serta mencoret nama Ridwan Kamil yang memutuskan tidak maju dalam pilkada DKI.


Hasilnya, elektabilitas Ahok berada di peringkat pertama, dipilih 51 persen responden. Disusul Yusril Ihza (11,0 persen), Tri Rismaharini (7,3 persen), Hidayat Nur Wahid (3,3 persen) dan Adhyaksa Dault (2,0 persen).


Nama lainnya hanya mendapatkan tingkat elektabilitas di bawah 2 persen.


Dalam simulasi head to head, Ahok juga menjadi pilihan mayoritas responden dibanding nama lain. Jika melawan Sandiaga Uno, Ahok dipilih 66,8 persen dibanding lawannya 10,8 persen.


Jika melawan Ganjar Pranowo, Ahok dipilih 65,5 persen responden dibandingkan Ganjar yang hanya 11,5 persen.


Suara dukungan Ahok turun jika melawan Yusril. Namun Ahok masih memperoleh dukungan 59,5 persen dibandingkan Yusril (20,5 persen responden).


Sementara, jika menghadapi Tri Rismaharini, Ahok memperoleh dukungan 60,3 persen berbanding 19,3 persen untuk lawan.


Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan jika pilkada digelar hari ini, siapapun lawannya Ahok bakal berpotensi menang satu putaran.


Ratusan responden itu punya preferensi partai politik berbeda. Dari survei itu, responden berlatar belakang PDIP mencapai 19,3 persen, Partai Gerindra (13,0 persen), Partai Demokrat (6,5 persen), dan partai-partai lain di bawah 5 persen.


Sebanyak 35 persen responden tidak mengetahui preferensi partai politik pilihannya atau tidak menjawab.


Menariknya, Ahok mendapat dukungan cukup banyak dari responden pemilih partai-partai yang sampai sekarang belum menentukan dukungan calon atau mengincar calon lain.


Misalnya, Ahok mendapat suara 67,5 persen responden pemilih PDIP, danTri Rismaharini mendapat 14,3 persen.


Ketika Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menonjolkan nama Sandiaga Uno untuk maju Pilkada DKI, ternyata 51 persen responden pemilih Gerindra menjatuhkan pilihan pada Ahok.


Sandiaga Uno hanya memperoleh 5,8 persen, atau jauh lebih rendah dibanding pemilih Gerindra yang memilih Yusril Ihza Mahendra (15,4 persen).


Responden pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mayoritas memilih Hidayat Nur Wahid (41,7 persen), Ahok memperoleh 16,7 persen suara atau lebih banyak dibandingkan Adhyaksa Dault (8,3 persen). Namun responden dari PKS hanya 3 persen.


Meski Partai Hanura resmi mengusung Ahok, Ahok 'hanya' mendapat suara 50 persen dari responden pemilih Hanura, sedangkan 50 persen lainnya memilih Sandiaga Uno.


Survei Charta Politika juga menyebutkan 53 persen responden masih percaya Ahok untuk memimpin Jakarta periode berikutnya, bahkan mendukung maju lewat jalur independen. Sementara 21 persen menginginkan Ahok maju lewat partai politik.


Sebanyak 88,9 persen responden bahkan akan tetap memilih Ahok, meskipun partai yang mereka pilih tidak mencalonkan atau tidak mendukung Ahok pada pilkada 2017.


Editor: Rony Sitanggang

  • Ahok
  • Basuki Tjahaja Purnama
  • DKI
  • Jakarta
  • Charta Politika
  • survei
  • Yusril Ihza Mahendra
  • Sandiaga Uno
  • Tri Rismaharini
  • calon independen
  • pilkada 2017

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!