HEADLINE

Rahung Nasution: Pelarangan Ini Seperti Kembali ke Zaman Orba

Rahung Nasution (Foto: sea-globe.com)
Rahung Nasution (Foto: sea-globe.com)

KBR, Jakarta - Sutradara film Pulau Buru Tanah Air Mata Beta, Rahung Nasution menyebut pelarangan oleh ormas dan Polsek Menteng merupakan ancaman terhadap demokrasi. 

"Saya melihatnya kita kembali ke zaman Orde Baru. Artinya ini ancaman yang serius. Orang yang bertentangan dengan kehendak mereka, ya dengan begitu saya polisi akan mengintimidasi kita. Itu cara-cara Orde Baru," kata Rahung Nasution kepada KBR, Rabu (16/3/2016). 

Meski pemutaran perdana film tersebut dilarang, tapi ia akan tetap mengusahakan agar film dokumenter tersebut bisa ditonton publik. Pasalnya beberapa pihak sudah menawarkan agar film ini diputar di kampus-kampus. "Kita akan cari cara bagaimana ini bisa dilihat banyak orang. Bisa diputar di kampus dan beberapa teman sudah menawarkan," tambahnya.

Sementara itu, hari ini pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Mata Beta akan ditayangkan di kantor Komnas HAM, Jakarta, setelah sebelumnya pihak Goethe Haus membatalkan penayangannya dengan alasan keamanan. "Goethe membatalkan, karena tempat ini dipakai anak-anak untuk kursus. Dengan alasan keamanan, mereka memutuskan membatalkan," ungkapnya. Karenanya, pihak Goethe, kata Rahung, menawarkan pemutaran dilakukan saat hari libur. 

Sebelumnya, Kapolsek Menteng, Dedy Tabrani tak mengizinkan pemutaran film dokumenter Tanah Air Mata Beta di Goethe Institut, Jakarta. "Acara pemutaran film itu tidak ada izinnya dan mereka tidak mengajukan izin," kata Deddy kepada KBR, Rabu (16/3/2016). 

Ia mengatakan, pengajuan izin mutlak disodorkan karena sesuai dengan aturan. Namun ia tidak menjelaskan dengan rinci aturan yang dimaksud. " Yang pasti butuh izin, kan sudah ada peraturannya jelas itu," tambahnya. 

Tanah Air Mata Beta merupakan film dokumenter karya Rahung Nasution. Film tersebut bercerita tentang perjalanan ziarah seorang bekas tahanan politik peristiwa 65 ke tanah pengasingan yakni Pulau Buru. Film ini menurut Rahung, berdurasi 40 menit. Pembuatan film ini dilakukan selama setahun dengan mengambil lokasi di Pulau Buru.

Film ini semula bakal diputar perdana di Goethe Haus, Jakarta dan akan dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan sejawaran Asvi Warman Adam, perupa Dolorosa Sinaga dan aktivis HAM Ita F. Nadia. 

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • Tanah Air Mata Beta
  • Rahung Nasution

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!