HEADLINE

Rp1,49 M, Biaya Makan Selama Observasi di Natuna

Rp1,49 M, Biaya Makan Selama Observasi di Natuna

KBR, Jakarta - Pelaksana Tugas Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), Jaleswari Pramodhawardani mengatakan, pemerintah menjamin kesejahteraan, keamanan, kenyamanan, dan kesehatan 243 Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, China dan kini sedang menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau. Jaleswari mencontohkan, kecukupan asupan gizi yang diberikan kepada mereka.

“Jadi mereka memang diberikan, terjamin dari sisi keamanan, kenyamanan maupun dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Kalau kita bicara soal indeks per harinya, mereka mendapatkan per makan itu Rp100 ribu, jadi kalau tiga kali makan itu Rp300 ribu. Ini saya sampaikan sekadar ingin menggambarkan bahwa saudara-saudara kita, kawan-kawan kita di sana terjamin kesehatan maupun kesejahteraannya,” ujar Dani, di Kantor KSP, Jumat (7/2/2020).

Selain 243 WNI yang diobservasi, ada pula 112 orang yang terdiri dari Tim Kesehatan, TNI/Polri, dan relawan. Sehingga kalau dijumlahkan, yang sedang dalam masa observasi di hanggar Pangkalan Udara TNI-AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau itu berjumlah total 355 orang. Dengan begitu, pemerintah harus mengeluarkan biaya sebesar Rp106.500.000 per hari untuk biaya makan atau Rp1,49 miliar selama 14 hari masa observasi.

Selain kesejahteraan dan kecukupan asupan gizi, menurut Dani, mereka yang tengah menjalani observasi juga dapat bebas berkegiatan di lingkungan hanggar pesawat. Diantara kegiatan mereka misalnya, melakukan olahraga bersama, shalat berjamaah, dan bermain atau berkumpul bersama. 

Mereka, imbuh Dani, setiap hari juga mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin dari Tim Medis. Pemeriksaan kesehatan meliputi kondisi psikologi, jantung, pernafasan dan lainnya.

Editor: Fadli Gaper

  • observasi
  • Natuna

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!