BERITA
Menristek Puji Arvila Delitriana, Inovator Jembatan Lengkung LRT
""Supervisor proyek ini konsultan dari Jepang, yang tadinya mungkin agak ragu dengan desain Ibu Dina. Tapi pada akhirnya menyetujui bahkan mengapresiasi atas temuan atau invoasi dari Ibu Dina.""
Resky Novianto
KBR, Jakarta - Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengapresiasi Arvila
Delitriana, seorang inovator pembuat jembatan lengkung bentang panjang
(longspan) di Kuningan pada proyek LRT Jakarta Bogor Depok Bekasi
(Jabodebek).
Bambang mengatakan, Dina yang merupakan insinyur lulusan
Institut Teknologi Bandung (ITB), mengalahkan tiga metode konstruksi
bentang panjang yang diusulkan oleh perancang dari Perancis.
Ketiga metode
itu dianggap sulit, lantaran harus menambah tiang pancang di tengah
perempatan kuningan.
"Kebetulan
yang menjadi supervisor proyek ini konsultan dari Jepang, yang tadinya
mungkin agak ragu dengan desain Ibu Dina. Tapi pada akhirnya menyetujui
bahkan mengapresiasi atas temuan atau invoasi dari Ibu Dina yang jelas
adalah putri dari bangsa Indonesia,," ucap Bambang Brodjonegoro saat Konferensi Pers di gedung
BPPT, Jakarta, Senin (6/1/2020).
"Tentunya ini adalah kebanggan buat
kita bahwa di tengah maraknya proyek infrastruktur yang memang kita
perlukan, untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dan juga pemerataan di
Indonesia," tambah Bambang.
Bambang
mengaku takjub dengan inovasi Dina dalam
merancang jembatan LRT yang berada di Kuningan. Pembangunan jembatan lengkung itu menggunakan konsep
concrete box girder balanced cantilever.
Jembatan sepanjang
148 meter---tanpa ada kolom penyangga dan berbentuk melengkung, itu merupakan
jembatan lengkung terpanjang di Indonesia. Radius lengkung 115 meter dengan beban pengujian pondasi 4.400 ton.
Editor: Agus Luqman
- Menristek
- Bambang Brodjonegoro
- LRT
- MRT
- Arvila Delitriana
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!