HEADLINE

Teror di Thamrin, Kelompok Bekasi dan Cirebon Terlibat

"Polisi telah menangkap 17 orang pasca bom Sarinah."

Teror di  Thamrin, Kelompok Bekasi dan Cirebon Terlibat

KBR, Jakarta- Kepolisian Indonesia memastikan kelompok  Bekasi dan kelompok   Cirebon  terlibat dalam aksi teror di kawasan Jalan Thamrin beberapa hari yang lalu. Kepala Kepolisian Indonesia, Badrodin Haiti mengatakan, meski kedua kelompok ini memiliki perbedaan pimpinan, tetapi ada irisan yang kuat antara kelompok Bekasi dan kelompok Cirebon saat mengeksekusi bom di Jalan Thamrin yang mengakibatkan 8 orang tewas (5 di antaranya disebut sebagai pelaku)  dan 25 orang terluka.

Saat ini kata dia, pihaknya sudah menangkap dan menetapkan 17 orang sebagai tersangka dari berbagai macam pengerebekan.

"Mereka ini ada dua kelompok berbeda. ?Tapi ada komunikasi antara mereka? Jadi kelompoknya yang ditangkap Bekasi dan Cirebon.? (Yang terkait langsung berapa?) ?Tidak terkait langsung tapi ada hubungannya. (Dari 12 yang  tertangkap ada intelektualnya?) Ini yang sedang didalami, kan itu tidak mudah membuktikan itu. Tapi selama belum ada buktinya saya belum bisa menyampaikan" Ujarnya kepada wartawan saat menjenguk Korban Bom Thamrin.


Kepala Kepolisian Indonesia, Badrodin Haiti menambahkan, pihaknya masih secara intens memeriksa ke 12 orang terduga teroris yang ditangkap di beberapa tempat terpisah.

Sebelumnya Juru Bicara Kepolisian Indonesia, Anton Charliyan menyampaikan terduga teroris yang diduga terlibat serangan di Thamrin telah ditangkap. Mereka ditangkap di sejumlah tempat, di antaranya, tiga orang di Cirebon, dua orang di Indramayu, satu orang di Balikpapan (Kalimantan Timur), dua orang ditangkap di Tegal (Jawa Tengah), empat orang ditangkap di Bekasi, dan satu orang di Cipacing, Jawa Barat. 

  • Jendral Badrodin Haiti
  • bom sarinah
  • teror di jalan thamrin
  • 8 tewas

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!