SAGA

[SAGA] Pengakuan Anggota Cakrabirawa: Kalau Minta Ampun ke Soeharto, Lebih Baik Saya Mati

"“Kalau suruh minta ampun kepada Pak Soeharto, ya maaf lebih baik saya ditembak mati saja. Bagi saya haram. Saya sudah sakit sekali." "

[SAGA] Pengakuan Anggota Cakrabirawa: Kalau Minta Ampun ke Soeharto, Lebih Baik Saya Mati
Sulemi, bekas anggota pasukan Cakrabirawa. Foto: Muhammad Ridlo/KBR.

KBR, Purbalingga - Lelaki di hadapan saya ini berperawakan tinggi-kurus. Dan meski usianya sudah menginjak 77 tahun, dia, masih tampak trengginas. Ingatannya pun masih kuat.

Sore itu, sebungkus kretek dan segelas kopi, menemani obrolan kami. Dia adalah Sulemi, bekas prajurit Cakrabirawa –sebuah pasukan elit pengawal Presiden Sukarno.

Kepada saya, pria kelahiran 1940 ini, berkali bersumpah bakal berkata jujur tentang peristiwa 1 Oktober 1965. Sebab baginya, kejadian berdarah tersebut telah menjungkirbalikkan hidupnya dari semula prajurit terhormat menjadi pesakitan. Dimana ia dituduh terlibat PKI dan membuatnya mengeram di bui seumur hidup.

Sulemi, memulai ceritanya pada 29 September 1965. Kala itu, ia dikumpulkan komandan kompi Letnan Satu Dul Arif. Di situ, Arif menyebut Presiden Sukarno terancam oleh kelompok Dewan Jenderal –yang siap menggulingkan Sukarno pada 5 Oktober 1965.

Dasar itulah yang kemudian membuat Komandan Batalyon Cakrabirawa,  Letnan Kolonel Untung, memutuskan menggagalkan rencana itu dan menyeret para Dewan Jenderal ke hadapan Presiden Sukarno. Kata Sulemi, jauh sebelumnya, yaitu 10 September 1965, Arif pernah menyatakan hal serupa; Pemimpin Besar Revolusi berada dalam bahaya besar.

“Ada instruksi Komandan Batalyon, Letkol Untung yang mengatakan tanggal itu juga, situasi konsinyir berat. Pada 5 Oktober akan terjadi kudeta dari perwira-perwira Angkatan Darat. Ini instruksi dari komandan lho ya,” kenang Sulemi.

Sebagai prajurit, Sulemi, memercayai kabar itu. Esoknya, 30 September 1965, Dul Arif dan Untung bersama Kolonel Latief, mengajaknya menemui Panglima Kostrad, Soeharto di RS Gatot Subroto.

Sulemi ingat, usai bertemu Soeharto, wajah Untung dan Dul Arif berseri. Di situlah, ia tahu Soeharto merestui aksi Untung.

“Setelah beliau kembali ke kendaraaan, bercerita bahwa Pak Soeharto menyanggupi. Edan kan? Itu, faktanya begitu,” sambung Sulemi.

Dini hari, 1 Oktober 1965. Sulemi tergabung dalam pasukan yang bertugas menjemput para Dewan Jenderal. Mereka diperintahkan menjemput dalam keadaan hidup atau mati. Dia bersama 35 prajurit Cakrabirawa lantas menuju rumah Jenderal A.H. Nasution. Tapi, karena kekeliruan informasi, mereka malah masuk ke kediaman Menteri JE. Leimana –yang bertetanggaan dengan Nasution.

Kondisi kala itu, begitu tegang. Tiba di gerbang rumah Nasution, pasukan Sulemi masuk. Di pintu utama, rupanya tak terkunci. Tapi mereka tak menemukan yang dicari, lalu menggeledah beberapa kamar. Hingga di salah satu kamar, Nasution membuka pintu namun buru-buru dikunci melihat banyaknya pasukan.

Sulemi minta agar pintu dibuka. Tak ada jawaban dari dalam. Sontak Kopral Sumarjo dan Hargiono, membuka paksa dengan rentetan tembakan dari senapan serbu. Pintu terbuka, hanya saja Nasution lenyap.

“Kemudian kami bertiga masuk ke rumahnya. Pintu pertamanya enggak dikunci.Kemudian sampai ke pintu kedua, diketok. Pak Nasution ada. Tapi kemudian ditutup."

Sementara di luar rumah, terdengar kembali rentetan tembakan. Belakangan diketahui, Nasution kabur dengan melompat pagar. Pasukan Sulemi, sengaja tak mengejarnya. Sesuai perintah, aksi mereka tanpa mengganggu sekitar.

Akan tetapi di dalam rumah Nasution, kondisi kian genting. Di kamar, Sulemi melihat istri Nasution berjalan bolak-balik. Gelisah. Tak lama, ia dan dua orang lain, keluar rumah. Baru beberapa langkah, ia mendengar seorang bocah menangis.

Saat itu, Sulemi tak tahu jika anak itu Ade Irma Nasution.

“Ada yang mengatakan Ade Irma itu ditembak. Edan apa? Buat apa? Anak tidak ada sangkut pautnya. Itu fitnah yang sangat luar biasa."

Dia meyakini Ade Irma tak sengaja terkena peluru kala Sumarjo dan Hargiono membuka paksa kunci dengan tembakan. Tapi kabar yang tersiar, pasukan Cakrabirawa telah mencelakai bocah berusia lima tahun itu. Potret kejam pun melekat pada Sulemi dan kawan-kawannya.

Pasca aksi 1 Oktober 1965, Sulemi dan semua pasukan Cakrabirawa ditangkap dan dijebloskan ke penjara karena dituduh pendukung PKI. Belakangan pada 28 Maret 1966, pasukan elit ini dibubarkan.

Selama di bui di Salemba, Sulemi disiksa –dipaksa mengaku sebagai anggota PKI. Tapi ia, keras membantah meski mengakui terlibat penculikan Nasution. Itu pun atas perintah Letkol Untung dan Letnan Dul Arif. Sedang intrik politik di balik peristiwa itu, ia sama sekali tak tahu.

“Suatu saat, saya dipaksa akan dibaptis sebagai seorang komunis. Mana mungkin saya mengaku. Saya dalam umur seorang militer, tidak ada partai-partaian. Enggak tahu kalau perwira setingkat Mayor mungkin bisa berpolitik.”

Tentara yang menginterogasi Sulemi berupaya meruntuhkan pertahanannya. Ia berkali dipukul dengan kursi kayu, jempolnya diganjal kursi, disetrum, kukunya dicabuti. Maka tiap selesai diperiksa, harus dibantu tandu ke selnya.

“Kalau saya harus dihukum mati, itu risiko. Tapi kalau saya mati dalam keadaan penasaran (mengaku PKI) lebih baik saya mati. Mati dalam penyiksaan daripada harus mengaku."

"Ini (kuku) ditaruh di bawah kursi. Kemudian diduduki, diinjak, digenjot-genjot. Kemudian kuku dicabut mentah-mentah dengan tang. Itu yang paling terberat. Sakitnya luar biasa. Seperti halilintar. Mata sampai mau loncat.”

Ia bercerita, dua kali seminggu, sudah pasti diinterogasi. Atau kalau tubuhnya mulai pulih, kembali disika. Sedangkan makanan yang diberikan nasi berkutu dan sepotong ikan asin. Minumnya diambil dari selokan di penjara. Disedot dengan selang batang daun pepaya.

Selang dua tahun, Sulemi menghadap Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Vonis mati diputuskan. Sementara dua temannya; Hargiono dihukum mati dan Sumarjo dihukum seumur hidup.

Sulemi pun ingat betul, hakim yang menjatuhkan hukuman mati itu menangis kala membacakan putusannya. “Prosesnya hanya sebentar, seminggu. Tetapi tiap hari. Yang saya heran, seorang hakim memutus sampai menangis.”

Dijatuhi hukuman mati, Sulemi, tak berniat banding ke Pengadilan Tinggi Militer. Baginya mati lebih baik daripada terus menerus disiksa. Namun penasihat hukum militernya berpendapat lain. Hingga akhirnya, dia diganjar penjara seumur hidup.

“Kalau suruh minta ampun kepada Pak Soeharto, ya maaf lebih baik saya ditembak mati saja. Bagi saya haram. Saya sudah sakit sekali."

Dari Salemba, Sulemi dipindah ke penjara Pamekasan, Jawa Timur, bersama 32 tahanan politik lainnya. Di tempat itu, Sulemi meninggalkan seorang istri dan anak. Melihat kondisinya yang tak berdaya, dia mempersilakan istrinya menggugat cerai. Sejak itu, Sulemi, jadi orang yang terbuang.

Pada Oktober 1980, Sulemi bebas setelah mendapat grasi dari Presiden Soeharto. Kuat diduga, pengampunan itu akibat tekanan Lembaga HAM PBB.

Lima belas tahun dipenjara, penderitaan Sulemi tak selesai begitu saja. Saat kembali ke tanah kelahirannya Purbalingga, tak ada satupun tetangga yang menyapa. Mencari pekerjaan juga sulit. Sulemi kemudian membuat patung dari batu, kayu, atau pasir. Keahlian baru itu ia dapatkan dari seniman Lekra –saat dipenjara.

Di usia sepuh, Sulemi kawin untuk kali kedua dengan Sri Murni. Bersama sang istri, ia berjualan daging di pasar Purbalingga.

Sri Murni mengatakan, suaminya kerap mengigau. Berteriak-teriak dalam tidur. Ia menduga, sang suami trauma akibat penyiksaan di penjara.

“Kalau tidur itu teriak-teriak. Kalau istilahnya direp-repi. Sampai sekarang, saya jadi heran. Itu ya seminggu dua kali mimpi teriak-teriak,” ujar Sri Murni.

Sulemi mengaku, ia bermimpi dijemput petugas penjara militer. Tiap dijemput, berakhir dengan penyiksaan. Di mimpi itu, tulang belikat, kaki, dan pinggangnya patah. Lalu tubuhnya penuh luka bekas sundutan rokok dan kukunya habis dicopot dengan tang.

Baca Juga: 

"Hantu" PKI Masih ada di Kurikulum 2013

Melanggengkan "Hantu" PKI

Editor: Quinawaty

  • sulemi
  • pasukan cakrabirawa
  • kolonel untung
  • kudeta sukarno
  • dewan jenderal

Komentar (21)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • gus manz6 years ago

    foto badan bekas siksaan bagusnya ditayangkan.

  • Destarata6 years ago

    Mau diakui atau tidak, sudah bukti - bukti sudah sangat jelas mereka yang ikut menculik para Jendral adalah kaki tangan PKI. Masalah mereka tau / tidak bahwa mereka ditipu oleh PKI, itu masalah mereka sendiri. Yang jelas mereka antek PKI dan harus dimusnahkan.

  • Bina Budi6 years ago

    Dear KBR saya mengoleksi bbrp majalah Tjakrabirawa (ada 4 majalah) dan sy masih mencari edisi lainnya, pertanyaan sy, apakah eks Tjakrabirawa ini masih mempunyai atau menyimpan majalah Tjakrabirawa? kalau ada, sy ingin membelinya, mohon bantuannya. Terima kasih

  • Saya6 years ago

    Kamu sakit? Keluarga korban lebih sakit!!! Akibat kebiadaban anda! Sekarang anda sudah tua. Semoga anda mendapat balasan!

  • ahdiat6 years ago

    untung sampean msh hidup itu aza sampean kurang bersyukur harusnya namanya kesatuan ya tgjwb bersama ditembak mati karena secara bersama membunuh jenderal jenderal msh untung cuman mimpi sampean kena qishash karena sampean menjemput org buat dibunuh buktinya semua yg dijemput pada mati sampean dijemput msh hidup aza teriak teriak dalam tidur msh bisa bangun yg dilubang buaya gak bangun bangun gak bisa ngebaxot kayak sampean apa msh gak bersyukur sampean

  • PKU6 years ago

    ini kisah pas udh kalah, coba seandainya kudeta berhasil kisahnya akan lain lagi, nih orang akan dgn bangganya berkoar bahwa dia lah yg berjasa menculik DEWAN JENDRAL, dasar PKI

  • PKU6 years ago

    CATAT NAMA SAYA, PKU, PAKHRUDIN KAILA UDWAN, SAYA SIAP MEMENGGAL KEPALA PKI DAN SIMPATISAN PKI

  • Sukarna6 years ago

    Biarlah sy dicaci simpatisan PKI atau apa.. Tpi membayangkan penyiksaan penderitaan para tapol hati nurani sy tidak bisa dibohongi... Bpk Sulemi biarlah orang lain menilai bapak bagaimana, masih banyak orang di Indonesia ini yang masih percaya keadilan bakal terjadi di negeri ini...

  • Jhon bi5 years ago

    harusnya seorang anggota tjakra pinter karena sudah pilihan, untuk menjemput seorang jenderal tidaklah semudah itu, dan ada surat tugassnya yang jelas, dan didampingi mahmil, coba pikir, sebenarnya wewenang untuk menjemput jenderal itu siapa? dan mengapa harus ada kekerasan hanya dgn perintah itu? kalo aku jadi kamu mending aku kabur ato mengundurkan dari dari tentara dengan perintah untung yang nggak jelas.

  • Annisa nurul khasanah 5 years ago

    Seharusnya kalian pada bisa berpikir kritis dan bisa melihat dari sudut pandang yang lain. Bukan malah ngehujat. Belum tentu apa yang kita tau selama ini betul betul sesuai dengan kejadian pada saat itu. Jadi jangan jadi generasi micin yang bodoh tanpa berpikir kritis

  • Muhayat 4 years ago

    Berarti G 30 s PKI ada bener. Fakta ya. Kalau masalah yerlibata atau tidak kan wewenang peneelidikan

  • John Georgia4 years ago

    Siapa dalang ini sebenarnya kita sdah sama sama rahu

  • Fathur4 years ago

    Banyak Hal Aneh.. dari cerita ini.. 1. Bilang Untung Mau Menyerat Dewan Jendral ke Hadapan Soekarno tapi mengapa dijemput tengah malam dan dibawa ke lobang buaya. 2. Sesuai Prosedur kenapa penjemputan malam dan tidak dibawa ke mahkamah militer? 3. Kalau Kalau Untung Menghadap Soehato dan Suharto menyanggupi.. artinya itu adalah Ide dan Aksinya Untung.. meminta dukungan.. bukan Soeharto Inisiatornya? Banyak kejangalan cerita, antara pengakuan awal dan pengakuan berikutnya bertentangan...

  • Andreas4 years ago

    Pak lemi adalah konci kebenaran yg harus diungkap..jangan ponis seseorang bahwa Dia bersalah..karna hanya tuhan yg tahu...Semua hanya berkoar koar..jangankan aparat..karyawan aja ga bisa nolak kehendak atasan..faham..jangan sok berani..Giliran istrinya ngomel manyun aja..he he he..

  • Tubagus Zullfikar Akbar4 years ago

    Saya ada info dari kawan saya Pensiunan Telkom, bahwa ada bbrp. Pensiunan yg. Anggota PKI (salah-satunya) adalah Keturunan China. Dia ini, memposting link berita ini ke grup Fb. Alumni Telkom, dg. tujuan utk. Membela PKI. Menurut teman saya tsb., sebenarnya di masa lalu, Telkom menerapkan LitSus, namun sejumlah orang (termasuk Pensiunan Telkom Keturunan Cina ini) lolos screening. Untuk Para Pensiunan Telkom lainnya, agar Mewaspadai mereka ini. Tks.

  • aku4 years ago

    Wkkk... Pak Harto wes meninggal bung..!!! INTINYA PKI adalah KOMUNIS (tidak bergama)

  • hendi4 years ago

    faktanya jendral2 itu mati dan ditemukan dilubang buaya yg merupakan tempat konsentrasi pki, mau alasan apapun yg jelas pki pelakunya

  • rifky4 years ago

    Orang yang pinter pasti malas beropini di lapak ini. Isinya cuma supporter resek biang ribut. Sory kalo tersinggung. Anda perlu introspeksi mendalam atas sikap dan kelakuan Anda.

  • Bima3 years ago

    Persis yg diceritakan kakek sayA,kena 15 taahun tanpa keadilan..tentara terhormat yg jadi pesakitan.jika sidang hanya satu kalimat terucap."""ANDAA TAHU SUMPAAH PRAJURIT"" sering juga disiksa suruh ngaku PKI.saya Bukan pki tp pejuang..lihat harto di tv marah.dan hanya beliau yg tahu keadaan aebenarnya..salam mbah wage dari solo..semogaa tenang di alam sana. Pki itu partai...reaimen cakrabirawa itu tentara terhormat(PASPAMPRES).melindungi presiden soekarno

  • Mandor Carru3 years ago

    mampus saja kau dasar PKI laknat

  • Beryl Khalvani2 years ago

    Yg namanya simpatisan PKI selalu putar balikkan fakta. Di berkas pledoi Dul Arif, Untung, kok nama bapak nggak ada disebut ???? Ingat pak.... Fitnah itu akan anda bawa mati. Sekian ratus, sekian ribu para pembaca yg percaya....maka segitulah dosa berantai yg anda akan nikmati di alam kubur Anda...!!