HEADLINE

Kerusuhan Tanjung Balai, Menkopolhukam: Penyelesaian Bukan dengan Main Hakim Sendiri

Kerusuhan Tanjung Balai, Menkopolhukam: Penyelesaian Bukan dengan Main Hakim Sendiri

KBR, Jakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menyesalkan kerusuhan massa yang berujung pada pembakaran dan perusakan vihara serta klenteng di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Kata dia, tindakan main hakim sendiri mestinya tak terjadi di negara yang berlandaskan hukum seperti Indonesia.

"Peristiwa di Tanjung Balai seharusnya tidak boleh terjadi dan patut disesalkan.  Hanya karena miskomunikasi dua warga, lalu berkembang manjadi main hakim sendiri," kata Wiranto melalui keterangan tertulis yang diterima KBR.

Aksi intoleran dan main hakim sendiri, menurutnya, justru akan memperbesar masalah dan kerugian di tengah masyarakat. Itu sebab, ia meminta warga untuk tak mudah terprovokasi.

"Dengan penyerangan, perusakan, dan pembakaran yang bukanlah budaya kita untuk  menyelesaikan masalah, yang terjadi justru memperbesar masalah dan telah membawa kerugian besar baik hartabenda maupun semangat kebersamaan kita sebagai satu bangsa," paparnya.

Baca Juga:

Lebih lanjut, Wiranto pun meminta masyarakat untuk menunggu aparat keamanan mengungkap akar persoalan kerusuhan ini. Aparat, kata dia, akan berupaya menyelesaikan masalah secara adil. Selain itu, ia meminta seluruh pihak untuk turut meredam dan menenangkan situasi di Tanjung Balai.

"Sesuai anjuran Presiden Jokowi untuk terus menjaga kekompakan dan persatuan bangsa, kepada masyarakat Tanjung Balai Saya minta untuk menyadari hal ini dan tidak melanjutkan perselisihan dan pertikaian antar warga," pungkasnya.




Editor: Nurika Manan

  • perusakan vihara
  • kerusuhan Tanjung Balai
  • aksi pembakaran rumah ibadah
  • Menkopolhukam Wiranto
  • menkopolhukam
  • wiranto
  • intoleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!