BERITA

Dinas Pangan Bandung Sebut Daging Beku Impor Aman Konsumsi

Dinas Pangan Bandung Sebut Daging Beku Impor Aman Konsumsi

KBR, Bandung- Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung meminta masyarakat tidak khawatir membeli daging beku impor yang dijual di pasar tradisional. Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Elly Wasliah beralasan,  Australia dan  New Zealand sebagai negara pengekspor sudah memberi jaminan kesehatan dan halal.

"Jadi tidak mungkin kita impor daging beku yang RPH nya tidak memotong secara Islam, jadi tidak perlu khawatir. Insyaallah karena kebijakan impor itu ada di pemerintah pusat yaitu di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan , maka kita mengimpor daging beku ini pemotongannya sesuai dengan syariat Islam. Terdapat empat kriteria daging beku impor ini untuk dipasarkan kepada masyarakat, yaitu aman, sehat, utuh, dan halal," kata Elly Wasliah di Bandung, Minggu, 28 Mei 2017.


Elly Wasliah menjelaskan penjual daging beku impor juga disyaratkan memiliki lemari pendingin agar dagingnya tetap segar.


"Ada pedagang di pasar itu yang menjual daging segar dan ada pedagang yang menjual dua komoditasi segar dan beku. Biasanya, menanyakan langsung ke konsumen mau daging segar atau daging beku. Jadi berbarengan penjualannya," ujar Elly.


Ia menambahkan penjualan daging beku di pasar tradisional ini untuk menekan harga daging jual yang berkisar antara Rp 110.000-Rp 120.000 per kilogram menjadi Rp 80.000 per kilogram.


"Betul lebih murah yang daging beku tapi kan ada juga masyarakat Kota Bandung yang ingin membeli daging segar," jelas Elly.


Sementara itu, berdasarkan informasi terakhir dari Persatuan Pedagang Kios dan Pasar Tradisional Jawa Barat, harga jual daging sapi super dipatok oleh penjual Rp 120 perkilogramnya.

Editor: Sasmito

  • daging sapi
  • Bandung
  • Pasar Tradisional

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!