HEADLINE

Komnas HAM Turunkan Tim Usut Proses Penanganan Terduga Teroris di Tuban

"Komnas HAM akan mengirimkan tim untuk mendalami ada tidaknya pelanggaran dalam penanganan terduga teroris yang ditembak mati di jalan antara Tuban-Semarang pada Sabtu (8/4/2017) lalu. "

Komnas HAM Turunkan Tim Usut Proses Penanganan Terduga Teroris di Tuban


KBR, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan mengirimkan tim untuk mendalami proses penanganan terduga teroris yang ditembak mati di jalan antara Tuban-Semarang pada Sabtu (8/4/2017) lalu. Ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya dugaan pelanggaran dalam penanganan tersebut.

Ketua Komnas HAM Imdadun Rakhmat mengatakan, tim akan mengumpulkan bukti di lokasi kejadian. Mulai dari awal mula terduga teroris disebut menembak polisi, hingga akhirnya tewas ditembak.

"Agar Komnas HAM bisa mendapatkan gambaran fakta yang detail dan objektif. Supaya kita bisa meresponnya dengan benar karena ini menjadi perlu penilaian yang hati-hati karena tadi disampaikan tersangka teror itu menyerang," kata Imdadun Rakhmat saat dihubungi KBR, Minggu (9/4/2017).


Imdadun menambahkan, bakal mendalami rangkaian kejadian yang mengakibatkan 6 orang terduga teroris tewas. Langkah ini untuk memastikan apakah proses penangkapan terduga teroris sudah sesuai prosedur atau sebaliknya.


"Nanti didalami betul bagaimana peristiwa di lapangannya sehingga kita bisa menilai apakah tindakan Densus 88 mengejar dan menembak mati yang bersangkutan itu sesuai dengan prosedur yang dimiliki oleh kepolisian."

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/terkini/04-2017/polri__terduga_teroris_yang_tewas_di_tuban__anggota_jad/89649.html">Terduga Teroris yang Tewas di Tuban, Anggota JAD</a></b> </li>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/03-2017/bom_panci_cicendo__polisi_tangkap_perakit_dan_pendana_aksi/89164.html">Bom Panci Cicendo</a></b> </li></ul>
    

    Komnas HAM, lanjut Imdadun, sebelumnya telah menyampaikan kritik terhadap proses penanganan tersangka terorisme oleh Tim Densus 88. Menurutnya, Densus 88 pun sudah berkomitmen mengedepankan aspek Hak Asasi Manusia dalam penanganan terorisme.

    "Dialog sudah kami lakukan dan ada komitmen dalam melakukan pengamanan itu sesuai dengan norma HAM. Kita sudah punya harapan besar kepada Densus untuk berkomitmen pada HAM," ujarnya.


    Dia pun menambahkan, "konkretnya adalah kalau bisa digunakan cara-cara yang mematikan maka harus diutamakan cara yang tidak mematikan. Kalau bisa tanpa kekerasan, tidak harus dengan kekerasan. Kalau bisa dengan senjata api, tidak harus menggunakan senjata api. Ini sudah kami sampaikan kepada Densus 88."



    Prinsip HAM dalam Penanganan Teroris


    Sementara, juru bicara Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Rikwanto mengklaim telah menerapkan prinsip HAM dalam penanganan terduga teroris di Tuban, Jawa Timur. Rikwanto menyebut, enam terduga teroris itu ditembak lantaran melawan.


    "Kita tidak menginginkan mereka tewas atau meninggal dunia karena informasi dari mereka sangat dibutuhkan untuk pengembangan," kata Rikwanto kepada KBR, Minggu (9/4/17).


    "Kepada siapapun yang merasa dekat dengan kelompok mereka sampaikan, kalau sudah terkepung diperingatkan menyerahlah, jangan malah membalas tembakan, jangan malah melukai petugas. Karena kelompok ini sudah menjadi standar mereka bahwa polisi itu thagut, polisi itu sasaran," ujar Rikwanto.


    Dia pun menjelaskan, awalnya enam terduga teroris ini menghampiri Pos Lantas Tuban menggunakan mobil Daihatsu Terios warna putih pada Sabtu (8/4/2017) pagi. Mereka lalu melakukan penembakan sebanyak 4 kali ke arah polisi yang berjaga. Setelah itu 6 orang tersebut melarikan diri ke arah jalan raya Tuban-Semarang.


    "Pada saat dilakukan pengejaran, para pelaku melakukan penembakan terhadap mobil polisi," kata Rikwanto.

    Baca juga:

      <li><b><a href="http://kbr.id/berita/03-2017/penangkapan_kasus_terorisme_di_sulteng__mabes__2_di_bawah_umur/89167.html">Penangkapan Kasus Terorisme di Sulteng, Mabes: 2 di Bawah Umur</a></b> </li>
      
      <li><b><a href="http://kbr.id/berita/03-2017/cegah_bentuk_jaringan_baru__3_gembong__napi_terorisme_di_nusakambangan_dipindah/88967.html">Cegah Bentuk Jaringan Baru, Gembong Napi Terorisme di Nusakambangan Dipindah</a></b> </li></ul>
      

      Mobil yang digunakan terduga teroris itu lantas berhenti di depan gudang fluid system "Andalan" di Jalan Raya Dusun Bogang, Kecamatan Jenu, Tuban. Rikwanto mengatakan, keenamnya keluar dari mobil lalu berlari ke kawasan persawahan.

      Polisi, kata Rikwanto, sudah memberi peringatan untuk menyerahkan diri namun tak digubris. Lalu terjadi baku tembak hingga keenamnya meninggal.


      "Warga sekitar lokasi sudah dievakuasi terlebih dahulu untuk meminimalisir korban," ujarnya.


      Rikwanto mengatakan, dari enam terduga teroris ini baru empat orang yang berhasil diidentifikasi. Mereka yakni AH (Adi Handoko) dan EP (Endar Prasetyo) asal Batang, SA (Satria Aditama) asal Semarang, serta YT (Yudhistira) asal Kendal. Para terduga teroris ini merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD).


      Rikwanto mengungkapkan, polisi menyita barang bukti berupa enam pistol rakitan, enam pisau sangkur, sebuah kotak peluru, dua buku tentang jihad, beberapa telepon genggam dan satu unit mobil.



      Rumah Korban Tertutup


      Rumah salah satu terduga teroris asal Semarang, Satria Aditama terpantau sepi. Bangunan rumah berpagar teralis hijau itu tertutup. Berdasarkan pantauan KBR sejak Minggu (9/4/2017) pagi, tak ada aktifitas di rumah bernomor 1130 tersebut.


      Meskipun, ibu beserta saudaranya diketahui ada di dalam rumah. Namun sejak pagi, mereka tidak bersedia ditemui siapapun. Termasuk Ketua RT setempat.


      Satria diketahui merupakan Warga Kelurahan Ngaliyan, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Ketua RT di Kelurahan Ngaliyan, Candra Setyo Nugroho menuturkan, Satria dikenal sebagai pribadi yang ramah. Kendati belakangan sikapnya lebih tertutup.


      "Terakhir bertemu saya di sini juga masih menyapa dengan baik, cuma memang tingkah lakunya secara sosial kemasyarakatan sudah mulai berkurang, dengan pemuda sudah mulai berkurang, sosialisasi berkurang, penyendiri," ujar Candra, ketika ditemui KBR di kediamannya, Minggu (9/4/2017).


      "Kalau diperkirakan perubahan sekitar setengah tahun, tapi ketemu dengan saya masih disapa dengan baik," tambahnya.

      Baca juga:

        <li><b><a href="http://kbr.id/berita/03-2017/kapolri__mahasiswa_sains_lebih_rentan_jadi__pengantin__bom_bunuh_diri/89087.html">Kapolri: Mahasiswa Sains Lebih Rentan Jadi 'Pengantin' Bom Bunuh Diri</a></b> </li>
        
        <li><b><a href="http://kbr.id/berita/03-2017/polri___kepolisian_arab_saudi_sepakat_jalin_kerjasama_perangi_terorisme/88949.html">Polri dan Kepolisian Arab Saudi Sepakat Perangi Terorisme</a></b> </li></ul>
        

        Satria, lanjut Candra, juga dikenal sebagai anak yang pintar dan rajin beribadah. Bahkan pada 2016 lalu, pemuda usia 18 tahun itu sempat ditunjuk menjadi Ketua Halal Bihalal di RT-nya.

        Candra memperkirakan, Satria sudah tidak terlihat lagi di rumahnya sejak empat bulan yang lalu.




        Editor: Nurika Manan

  • terorisme
  • komnas ham
  • Ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat
  • Mabes Polri
  • Juru bicara Polri Rikwanto
  • Terduga Teroris
  • Teroris Tuban
  • Jamaah Ansharut Daulah (JAD)

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!