SAGA

Membangun Generasi Transparan dan Toleran

"KBR, Jakarta - Di sebuah siang, Ulfa Mayasari sibuk membagikan 2 etiket atau stiker anti korupsi. Pada secarik kertas yang bisa direkatkan itu tertulis, 100 persen bukan hasil korupsi dan Integritas."

Ilustrasi
Ilustrasi

KBR, Jakarta - Di sebuah siang, Ulfa Mayasari sibuk membagikan 2 etiket atau  stiker anti korupsi. Pada secarik kertas yang bisa direkatkan itu tertulis, 100 persen bukan hasil korupsi dan Integritas.

Ulfa yang berusia 18 tahun itu adalah anggota Komunitas Integritas Universitas Lampung. Ulfa jadi peserta Kemah Mata Muda yang diadakan Transparency International, pekan lalu.

Ulfa menggeluti isu korupsi setahun ini lewat Komunitas Integritas, KOIN. Di kampusnya, komunitas ini aktif menggelar seminar, serta mengajak mahasiswa mengawasi kampusnya sendiri.

“Anggota KOIN, khususnya, untuk mempublikasikan sikap pelayanan yang baik untuk mahasiswanya. Kita berusaha menuntut hak-hak mahasiswa, dengan mahasiswa memberikan kontribusinya kepada kampus,” kata Ulfa.

KOIN juga mengadakan uji coba atau try out untuk siswa SMA se-provinsi Lampung. Dalam uji cobanya itu, nilai kejujuran adalah hal yang penting dari nilai ujian itu sendiri.

Di kegiatan try out itu KOIN melatih integritas siswa SMA untuk mengerjakan soal-soal Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tanpa menyontek, tanpa meminta bocoran dan lain-lain. Selain itu mengajarkan tidak boleh membawa ponsel genggam ke dalam ruangan, tidak boleh tengok-tengok. Jika itu dilanggar, peserta selalu berikan teguran.

“Kita lakukan sosialisasi dulu sebelum pengerjaan. Tolong nilai integritas dijunjung tinggi karena di sini hanya melatih. Tidak menentukan kamu masuk Unila, universitas yang kamu pilih, atau lulus UN. Jadi tolong sesuai kemampuan masing-masing dan berusaha sebaik mungkin,” paparnya.

Ulfa percaya generasi jujur akan mengikis korupsi Indonesia yang sudah semakin parah. Bahkan saat Ulfa datang ke kantor Transparency International di Jakarta, dia tahu perjuangannya masih panjang.

Generasi yang bersih bebas korupsi masih jadi impian Ulfa. Untuk menuju ke sana dia baru menggagasnya lewat carik-carik kertas tempel yang dibagikan ke banyak pemuda di Lampung.

Melawan korupsi bagi mahasiswi Universitas Lampung itu merupakan perjuangan setiap hari. Bisa dimulai menghindari penggelembungan biaya dalam proposal kegiatan, tak mencotek saat ujian. Dan memulainya, oleh diri sendiri.

“Selalu junjung tinggi sikap anti korupsi karena integritas itu sangat penting buat jadi manusia yang beradab dan lebih baik, guna menjadi pemuda yang mampu merubah Indonesia. Karena koruptor kita sangat banyak dan itu berbahaya banget buat kemajuan Indonesia,” jelas dia.

Selain Ulfa, ada Raihanda asal Palu, Sulawesi. Berbeda dengan Ulfa, pelajar satu ini justru memusatkan perhatian pada isu hak asasi manusia.

Pada Hari Anti Korupsi dan Hari Hak Asasi Manusia 9 dan 10 Desember lalu, sebanyak 27 pemuda se-Indonesia diterbangkan ke Jakarta. Pada sebuah forum bertajuk 'Mata Muda 2014' itu, mereka ditempa pengetahuan anti korupsi dan HAM. Di sana mereka juga bertemu para pegiat dan mendapatkan gambaran situasi terkini di tanah air.

Indeks Persepsi Korupsi Indonesia

Transparency International adalah organisasi dunia melawan korupsi, punya cabang di 100 negara. Dalam laporan Indeks Persepsi Korupsi yang dirilis awal Desember ini, Tranparancy International menyatakan, Indonesia ada di posisi 107 dari 175 negara untuk urusan pemberantasan korupsi.

Angka itu hanya naik 7 angka dari posisi tahun lalu. Indonesia masih kalah jauh dari Denmark di posisi pertama. Bahkan antar negara kawasan di Asia Tenggara, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Situasi ini yang mendorong TI menggagas Kemah Mata Muda, di mana Ulfa jadi salah satu pesertanya.

Ketua Departemen Pemuda di TI-Indonesia, Lia Toriana, mengatakan pemuda punya peran kunci. Menurut dia, korupsi yang dilakukan oleh ‘generasi tua’, sudah seharusnya dipotong.

“Jadi sebenarnya potong generasi itu secara literally nggak bisa ya potong generasi, generasi tuanya nggak ada. Tapi bagaimana sebenarnya posisi politik dan posisi kuasa itu diganti anak-anak muda. Cara yang seperti ini kan sebenarnya starting point,” kata Lia.

Editor: Pebriansyah Ariefana

  • Ulfa Mayasari
  • Komunitas Integritas Universitas Lampung
  • Toleransi
  • petatoleransi_18Lampung_biru

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!