SAGA

[SAGA] Hollaback! Jakarta, Perempuan Melawan Pelecehan Seksual

""Nah di Hollaback bisa bagi ceritanya, orang lain bisa baca terus ada button di bawah cerita tinggal klik dan itu kami tahu ada orang lain yang baca dan dukung kami," sambung Anggie. "

[SAGA] Hollaback! Jakarta, Perempuan Melawan Pelecehan Seksual
Poster Hollabac Jakarta. Foto: Facebook Hollaback Jakarta



KBR, Jakarta - Via, pelajar di Jakarta yang sehari-hari menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) pernah dilecehkan seorang pria tua. Kondisi kereta yang kala itu penuh sesak, rupanya jadi celah si pelaku memegang payudaranya.

"Saya lagi naik kereta dengan mama saya, terus semuanya pada keluar jadi pada dorong-dorongan. Saya juga ikutan terdorong keluar dan ada yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Payudara saya dipegang dan ternyata yang pegang itu bapak-bapak tua. Saya langsung reflek mukul dia," kata Via.


Ada pula Gloria. Di angkutan umum, seorang lelaki muda menyamperinya dan dengan sekonyong-konyong dicium.


"Orang ini kaya yang nyamperin gue gitu, kaya dia bilang, ih kamu tadi ngelihatin punya saya yah? Teruskan gue berusaha nolak lah dan akhirnya dia kaya nangkep gue gitu, trus gue dicipok gitulah," ucap Gloria.


Pengalaman lain juga dialami Diah, seorang pengusaha muda. Ketika itu, dirinya dalam perjalanan di pesawat. Tapi saat ingin duduk, tangan pria yang berada di sebelahnya digeletakkan di kursinya.


"Di dalam pesawat, saya kira saya ngedudukin tangan orang, nggak tahunya tangan orang itu sudah merapat ke bokong," ujar Diah.


Tata, pekerja lepas, pun mengalami pelecehan. Di sebuah kantor, atasannya melekatkan kelaminnya ke bokongnya. "Tiba-tiba ada salah satu bos gue datang ke belakang gue terus, menyentuhkan bagian depannya ke bagian belakang gue dengan bertanya, kerasa nggak?"


Begitulah cerita para perempuan yang mengalami street harrasment. Akan tetapi tak banyak perempuan yang mau dan berani mengungkapkan kejadian yang menimpanya. Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amirudin mengatakan, penyebabnya karena pelecehan dianggap hal yang lazim.   


"Budaya kita masih melihat kalau perempuan mengalami kekerasan seksual itu pasti disebabkan oleh perempuan itu sendiri. Misalnya tidak menjaga kehormatan dia atau dia jalan sendirian di tempat umum, jadi sering ada kata-kata salah kamu pulang sendirian malam-malam. Di Indonesia cukup parah soal itu karena itu dianggap hal yang biasa, bukan suatu kejahatan, bukan suatu kriminalitas. Itu budaya yang biasa," ucap Mariana.


Dalam catatan Komnas Perempuan, kekerasan seksual yang menimpa perempuan semakin meluas. Setidaknya ada 16.217 kasus yang terdata di seluruh provinsi. Ribuan kasus tersebut terbagi menjadi tiga kelompok; kekerasan domestik sebanyak 11.207, kekerasan di komunitas 5.002 kasus, dan terakhir kekerasan yang dilakukan negara kira-kira delapan kasus.


Melihat realita seperti ini, digagaslah sebuah gerakan yang dinamakan Hollaback! Salah satu pelopornya, Anggie Kilbane mengatakan, Hollaback Jakarta ingin mendorong perempuan berani bicara tentang apa yang dialaminya.


Dengan begitu, perempuan-perempuan lain bisa belajar dan tahu cara antisipasi. Kalau perlu, bisa memetakan daerah rawan street harrasment.


"Saya mulai cerita kepada teman-teman, awas ini terjadi pada kamu jadi hati-hati di daerah sini yah, ini terjadi di daerah Gandaria misalnya. Setelah itu banyak teman yang juga punya pengalaman begini atau mereka punya kenalan yang juga digituin di jalan. Jadi semakin banyak cerita sehingga rasa malu itu mulai hilang, rasa marah mulai hilang. Rasanya empower," kata Anggie.


"Nah di Hollaback bisa bagi ceritanya, orang lain bisa baca terus ada button di bawah cerita tinggal klik dan itu kami tahu ada orang lain yang baca dan dukung kami," sambungnya.  


Anggie adalah seorang ekspatriat asal Amerika Serikat yang kini bekerja sebagai pengajar di sekolah di Jakarta Selatan. Pengalaman dilecehkan pernah ia alami saat berangkat kerja.


"Suatu pagi saya sedang naik sepeda menuju kantor dengan sepeda, jalanan masih sepi, tetapi sudah ada matahari dan ada beberapa orang. Terus dari sebelah kanan ada sepeda motor, dia mulai agak dekat ke saya, terus dia pegang payudara saya dan dia lihat ke saya terus bilang 'halo sayang'. Setelah saya shock dan saya menangis dan berteriak pada dia tapi karena dia pakai motor dan karena saya pakai sepeda, dia sudah hilang."


Anggie juga bercerita, gerakan Hollaback pertama kali lahir di New York, AS. Di sana, Hollaback menjadi wadah bagi perempuan menceritakan pengalamannya dan belakangan, hal itu dijadikan bahan untuk membuat kebijakan melindungi perempuan dari pelecehan.


Kata dia juga, gerakan ini sudah ada di 70 kota dan 25 negara di seluruh dunia.


Penggagas lain di Hollaback Jakarta, Fitri Mayang Sari menyebut, street harrasment ada banyak macamnya.


"Pelecehan itu banyak bentuknya, misalnya saya lagi jalan terus ada yang panggil 'ssst...ssst atau cewek', kadang saya merasa itu biasa saja, ternyata kalau saya baca di Hollaback itu sudah termasuk pelecehan. Jadi ini gerakan supaya membuat saya juga lebih hati-hati. Saya jadi bisa melawan balik ke orang yang melakukan pelecehan itu bahwa kalau yang mereka lakukan itu salah," ungkap Fitri.


Sementara Anggie sangat berharap, dengan makin banyak perempuan yang berani melawan dan buka suara, maka para pelaku akan berpikir ulang untuk melecehkan.


"Tujuannya satu membangun kesadaran. Ini ada masalah di kota Jakarta dan dunia dan itu tidak bisa diterima. Yang kedua dan ini yang terpenting adalah, stop street harrasment, stop pelecehan seksual di jalan sampai tidak ada lagi. Itu adalah perjuangan besar, kita pasti bisa. Harus mulai dari yang kecil kalau tidak coba, tidak akan ada sukses," tutup Anggie.





Editor: Quinawaty Pasaribu

 

  • hollaback jakarta
  • hollaback
  • street harrasment
  • pelecehan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!