SAGA

[SAGA] Komunitas Jendela Membuka Minat Baca Anak Manggarai

[SAGA] Komunitas Jendela Membuka Minat Baca Anak Manggarai

KBR, Jakarta - Di sebuah taman di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, belasan anak usia SD sedang asyik belajar tentang dunia hewan. Beralas tikar, mereka duduk mendengarkan penjelasan seorang relawan.

Di seberang taman, dua relawan dengan telaten mengajar berhitung kepada belasan bocah yang belum masuk usia sekolah. Dan tak hanya berhitung, mereka juga diajarkan menulis dan membaca.


Sementara, lima anak SMP belajar sejarah di ruang berukuran 3x3 meter –yang juga difungsikan sebagai perpustakaan. Letaknya berada tepat di seberang taman. Di perpustakaan itu pula, ada satu lemari besar berisi puluhan buku; cerita anak dan novel remaja.


“Nama Jendela dipilih karena kami fokus di peningkatan minat baca dari awal berdiri. Buku adalah jendela dunia. Jadi kan related. Kata Jendela itu sesuatu yang easy listening,” ucap Pri.


Inilah aktivitas Komunitas Jendela yang digagas Prihatiningsih pada akhir 2012 silam. Komunitas ini mulanya dilahirkan di Yogyakarta oleh para relawan di Indonesia Mengajar angkatan ke-2 pada awal 2011. Pri adalah salah satu pendirinya. Komunitas ini kemudian menjalar hingga ke sembilan kota dan provinsi; Bandung, Malang, Jember, Lampung, Nusa Tenggara timur, Nusa Tenggara sampai Sumatera Utara.


Di Jakarta, Pri –begitu ia disapa, memilih daerah Manggarai. Mengapa?


“Karena kondisinya cukup representatif untuk bikin kegiatan. Anak-anaknya banyak. Kemudian di sini banyak pemulung,” sambungnya.


Lulusan Universitas Gajah Mada ini asli Yogyakarta, lalu hijrah ke Jakarta untuk bekerja sebagai Junior Officer Experience Recruitment di PT Pertamina. Tapi sisa-sisa semangat memberi dari Indonesia Mengajar tak juga lenyap. Itu mengapa, di sini ia melebarkan sayap komunitas.


Komunitas Jendela di Manggarai, punya program Satu Bulan Satu Buku. Kata Pri, anak-anak yang bisa mengumpulkan banyak poin diberi hadiah.


“Kami punya program Satu Bulan Satu Buku di mana kami mendorong anak-anak untuk membaca secara rutin. Jadi semacam mewajibkan anak-anak membaca minimal satu buku. Kemudian mereka setor ke kakak pendampingnya sudah baca apa saja. Kemudian dari situ ada pengumpulan poin mereka bisa mendapat award.”


Meski fokus pada peningkatan minta baca, kegiatan Komunitas Jendela tidak melulu belajar di kelas. Ada juga kegiatan bermain dan mengunjungi tempat-tempat tertentu. Misalnya ke museum yang ada di Jakarta.


Namun begitu, pekerjaan Komunitas Jendela tak cuma mengurusi bocah-bocah. Pri menemukan banyak orang tua di sini yang buta huruf. Karena itulah, ia juga membuka program belajar untuk para orang tua. Program ini dilaksanakan setiap pekan dengan menyesuaikan waktu mereka. Jumlah pesertanya tak sampai sepuluh orang.

 

“Ternyata yang kami dapatkan orang tua banyak yang tidak mengenal huruf. Jadi bagaimana kami mau meningkatan minat baca anak-anak kalau orang tuanya baca saja enggak bisa.”


Seorang relawan, Frizka Fauziah Utami, mengaku senang bergabung di Komunitas Jendela. Mahasiswi Semester 5 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta ini mengatakan, dirinya jadi terbiasa membaca buku agar bisa memberikan banyak pengetahuan kepada anak-anak.


“Saya kuliah di Jakarta dan asli Tarakan. Ngapain sih di Jakarta tapi engga memberikan apa-apa? Cuma kuliah doang. Kayak percuma lama-lama di Jakarta kalau tidak memberikan sesuatu. Terus diajak teman untuk gabung akhirnya mau,” ujar Frizka.


Sementara, salah satu orangtua, Yeni, ingin Komunitas Jendela tetap bertahan di Manggarai. Perempuan berusia 32 tahun ini bercerita, anaknya yang baru kelas 2 Sekolah Dasar jadi memiliki kegiatan positif selain di sekolah dan di rumah.


“Banyak manfaatnya. Pertama pada Sabtu-Minggu anak jadi ada kegiatan di sini. Tadinya yang cuma maen doang,” tutur Yeni.


Kegiatan Komunitas Jendela juga memotivasi anak-anak untuk menebarkan hal serupa. Siswa Kelas 9 SMP Mahasiswa Matraman, Yuni Suryanti, ingin melanjutkan kerja para relawan.


“Semoga Komunitas Jendela ini makin lama lah. Terus buku-buku di Komunitas Jendela tambah banyak, misalnya novel untuk anak-anak. Saya sih kalau sudah dewasa pengen ngajar,” harap Yuni.





Editor: Quinawaty


 

  • komunitas jendela
  • Manggarai
  • Prihatiningsih
  • jakarta selatan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!