SAGA

[SAGA] Eratkan Toleransi, Pelajar SMA Ikut Wisata Rumah Ibadah

""Jadi harapannya mereka mengerti betul bahwa Kebhinnekaan itu niscaya dan mereka bisa belajar.""

[SAGA] Eratkan Toleransi, Pelajar SMA Ikut Wisata Rumah Ibadah
Dua orang Biku memimpin sembahyang saat wisata rumah ibadah di Kuil Hosei-Ji, Manggarai, Jakarta, Kamis (15/6). Wisata rumah ibadah yang diikuti puluhan pelajar Sekolah Menengah Atas dari Jakarta dan sekitarnya. Foto: ANTARA

KBR, Jakarta - Puluhan muda-mudi dari berbagai sekolah di Jakarta dan Tangerang, juga Jawa Timur, berkerumun di halaman Gereja Kristen Immanuel, Jakarta. Mengenakan kaos berwarna putih, mereka membentuk enam barisan kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hari itu, mereka tengah bersiap berwisata, yakni Wisata Rumah Ibadah yang digagas Aliansi Kebhinnekaan.

Sesudah menyanyikan lagu kebangsaan, mereka diboyong masuk ke dalam gereja. Duduk rapi di bangku yang biasa jemaat gunakan, mereka mendengarkan penjelasan dari perwakilan gereja tentang tentang sejarah berdirinya Gereja Immanuel, cara beribadah umat Kristen Protestan, dan pesan-pesan persatuan.


Tak lama, puluhan remaja itu lantas beranjak ke Gereja Katedral. Di sini, mereka dipersilakan masuk dan duduk di bangku yang berada di dekat altar. Perwakilan Gereja Katedral lalu menjelaskan sejarah gereja dan mengajak berkeliling –sembari menerangkan setiap sudut gereja. Sebelumnya, sempat ada tanya-jawab antara mereka dan perwakilan Gereja Katedral.


Salah satu peserta Wisata Rumah Ibadah, Amanda Najla –pelajar dari Pondok Pesantren Gontor Putri di Ngawi, mengaku menikmati perjalanan wisata ibadahnya.


Dia pun mendapat banyak pelajaran dari kunjungan ke gereja-gereja. “Sangat memperkaya wawasan. Karena agama di Indonesia bermacam-macam, lalu bagaimana ritual ibadah mereka, bagaimana sejarah mereka di Indonesia serta keberadaan mereka saat ini di Indonesia,” ucap Amanda Najla kepada KBR.


Amanda –begitu gadis ini dipanggil, adalah pelajar muslim dan menggunakan hijab. Tapi, ketika masuk ke gereja, ia tak terlihat canggung. Justru mudah sekali berbaur dengan pelajar lainnya. Kepada saya, Amanda bercerita mengapa dirinya tertarik ikut Wisata Rumah Ibadah.


“Karena yang ikutan kebanyakan anak SMA. Dan diharapkan dengan mengikuti acara ini kami bisa lebih mengerti dan memahami macam-macam agama dengan sejarah yang berbeda-beda namun bisa satu sesuai dengan semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika,” sambungnya.


Pelajar lain Usynada dari SMA Budi Luhur, Tangerang. Usianya 17 tahun dan beragama Budha. Dia mengatakan, dengan mengikuti wisata ini dia pun kian memahami kaya-nya Indonesia. Perbedaan yang ada justru membuat bangsa ini indah.


“Kesanku, acara ini menyenangkan sekali. Kami jadi bisa menghargai orang lain, mengerti agama orang lain. Tapi meski berbeda agama, tidak harus disamakan. Karena berbeda itu sebenarnya indah,” ujar Usyana.


Usy –yang baru kali pertama mengunjungi rumah ibadah agama lain, mengaku sangat senang bisa berpartisipasi.


Kira-kira pukul 11 siang, mereka bergerak ke Masjid Istiqlal. Tapi yang mengagetkan, di akhir kunjungan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar sempat menyapa dan memberi sambutan. Nasaruddin pun berpesan gelaran semacam ini agar sering-sering dilakukan. Tujuannya supaya anak muda tak berpandangan sempit.


“Dari dulu saya sudah mengusulkan itu, kalau perlu jangan hanya di SMA, mulai dari TK dari usia dini diajak dalam komunitas yang berbeda. Kalau kita baru belajar toleransi pada usia senja itu terlambat, sudah terstruktur perbedaan itu,” tegas Nasaruddin Umar.


Dari Masjid Istiqlal, mereka melanjutkan perjalanan ke Kuil Hoseji di kawasan Manggarai. Di sana, mereka melihat umat Buddha beribadah yang dipimpin oleh dua biksu dari Jepang. Hingga persinggahan terakhir ke Pura Aditya Jaya di sekitar Rawamangun, Jakarta Timur.


Salah satu panitia dari Aliansi Kebhinnekaan, Endah Nurdiana, mengatakan Wisata Rumah Ibadah mendapat sambutan dan antusias luar biasa. Dengan kegiatan semacam ini, ia ingin mengenalkan keberagaman lewat wisata rumah ibadah. Hal lain, menyebarkan semangat perdamaian dan toleransi di Indonesia melalui generasi muda.


“Jadi prinsip-prinsip Pancasila itu jelas. Jadi harapannya mereka mengerti betul bahwa Kebhinnekaan itu niscaya dan mereka bisa belajar. Apalagi mereka inikan anak SMA, nantikan mereka kuliah dan menghadapi dunia yang lebih luas. Sesederahana itu untuk kemudian mengerti Kebhinekaan," tutur Endah Nurdiana.


Endah juga menyebut, berbagai daerah seperti Balikpapan mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah wisata berikutnya. Malah beberapa peserta dari daerah juga berebut agar bisa ikut kegiatan yang bertujuan memupuk keberagaman ini.


Perjalanan Wisata Rumah Ibadah berakhir sekitar pukul 7 malam dan ditutup dengan nyanyian lagu Tanah Air. Amanda Najla –pelajar dari Pondok Pesantren Gontor Putri di Ngawi berharap keberagaman yang punya Indonesia menjadi pemersatu.


“Sebenarnya meskipun kita dengan status agama yang berbeda tetapi jiwa kita tetap Indonesia. Oleh karena itu daripada kita saling berseteru, kita jadikan keberagaman ini untuk suatu tujuan untuk memajukan negara ini,” ujarnya.


Begitu pula harapan Usynada dari SMA Budi Luhur, Tangerang.


“Cenderung bisa bersatu saja dari perbedaan, kita bisa bareng-bareng dengan yang berbeda dengan kita,” tutup Usyana.






Editor: Quinawaty

 

  • wisata rumah ibadah
  • Aliansi Kebhinnekaan
  • Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar
  • Endah Nurdiana

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!