CERITA

Di Balik Kemilau Wisata, Desa Duduk Atas Terisolir

"Lantaran buruknya jalan, warga yang sakit terpaksa digotong ke Puskesmas yang jaraknya cukup jauh."

ZAENUDIN SYAFARI

Di Balik Kemilau Wisata, Desa Duduk Atas Terisolir
seorang warga desa Duduk Atas sedang berjalan menuju desa (foto: Zainudin Syafari)

Menuju Dusun Duduk Atas di Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, tidaklah mudah. Jalan mendaki selebar satu meter itu hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Bagi pendatang yang pertama kali berkunjung, sudah pasti terjatuh. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang.

Kepala Dusun Duduk Atas, Sahri sudah mengeluhkan kondisi tersebut sejak lama. Tapi tak ada tindaklanjut.

“Saya sangat mengharapkan perbaikan jalan karena setiap tahun. Setiap bulan kita adakan gotong royong. Namung gotong royong kita ini sia-sia karena sering longsor,” keluh Sahri.

Lantaran buruknya jalan, warga yang sakit terpaksa digotong ke Puskesmas yang jaraknya cukup jauh. Karenanya, Saleh salah satu warga berharap Pemda Lombok Barat mau membangun puskesmas pembantu.

“Orang-orang yang sakit dari Duduk Atas itu dilembah ( ditandu) turun ke bawah, kenapa. Karena pelayanan kesehatan di sini kan jauh. Harapan tiang (saya) selaku masyarakat Dusuk Atas kedepannya paling tidak bisa dibuatkan Pustu di sini. Supaya kalau ada masyarakat yang sakit biar tidak digotong gitu.”

Dusun Duduk Atas dihuni 186 keluarga atau 520 jiwa. Mereka hidup dengan fasilitas umum yang jauh dari memadai. Tak ada air bersih yang mengalir ke sana. Malah warga dusun mengandalkan air hujan untuk dikonsumsi sehari-hari. Tak jarang, air tampungan warga keruh dan mengandung jentik nyamuk. Kembali Saleh bercerita.

“Minum pakai apa? Air hujan yang ditampung. Terkadang di dalam air hujan itu terdapat jentik-jentik nyamuk, sehingga tahun 2011, dusun Duduk Atas pernah dapat rangking satu penyakit malaria.”

Persoalan tak hanya pada air bersih, warga Dusun Duduk Atas juga tak mendapat akses listrik. Selama ini, listrik yang didapat berasal dari dusun tetangga.

“Tiang listrik di pinggir jalan sudah berbaris-baris, namun di dusun kami di dusun Duduk Atas ini, kalaupun ada listrik, namun masih termasuk swadaya dan kabelnya masih tergantung di atas pohon. Itu lebih banyak bahayanya, kamun karena d isini ada sekolah yang sangat membutuhkan untuk sistem online ini, itupun kadang-kadang tidak bisa dioperasikan,” tambah Kepala Dusun, Sahri.

Kondisi warga di Dusun Duduk Atas bertambah miris. Sebab hanya selemparan batu dari situ, berjejer vila megah milik para pengusaha yang berasal dari luar Lombok. Jalan menuju vila itu juga mulus dan lebar.

Berdirinya vila-vila itu tak lepas dari citra Pulau Lombok yang menjadi salah satu tempat wisata terpopuler di Indonesia. Dalam satu tahun saja, angka kunjungan wisatawan ke pulau ini sebanyak 1,6 juta wisatawan.

Sementara 70 persen warga Dusun Duduk Atas hanya hidup sebagai petani dan beternak. Selebihnya berdagang.

Melihat kondisi itu, Camat Batu Layar, Suparlan baru bisa berjanji akan menyediakan satu titik sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih warganya.

“Sumur bor itu dari pemda Lombok Barat, tapi bantuan sebenarnya dari pusat sebesar 400 juta khusus untuk warga dusun Duduk Atas ini. Itupun kalau kita mengacu pada nilai idealnya tidak akan cukup, tapi kita pakai gotong-royong partisipasi masyarakat untuk mengangkut alat-alat itu,” papar Suparlan.

Sementara akses jalan yang buruk, Suparlan berjanji akan memperbaikinya.

“Masih dalam pembahasan, di Musrenbang kecamatan itu sudah menjadi skala prioritas kita. Mungkin dalam realisasi hanya pembukaan jalan saja modelnya. Untuk yang aspal mungkin masih belum. Yang penting ada yang lebih bagus untuk masyarakat dulu.”

Warga Dusun Duduk Atas, hanya bisa menunggu. Saleh, salah satu warga berharap, janji itu segera dibuktikan.

“Saya berasumsi apakah dusun ini punya salah sama pemerintah karena pemerintah tidak memperhatikan seperti dusun-dusun yang lain. Ya harapan saya supaya jalan dan listrik ini bisa menjadi prioritas. Jalan listrik dan air ini.”

Editor: Antonius Eko

 

  • pariwisata
  • ntb
  • desa duduk atas

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!