HEADLINE

Potret Toleransi Nyepi di Mataram

Potret Toleransi Nyepi di Mataram

Mendung menyelimuti Kota Mataram, siang itu. Tabuhan musik tradisional dan modern saling bersahutan mengiringi deretan patung raksasa yang diarak warga Hindu menyambut Nyepi tahun ini.

Tak lama, puluhan ribu warga tumpah ruah di jalan utama kota itu demi menyaksikan parade pawai Ogoh-Ogoh dengan beragam rupa.

Sabtu lalu, umat Hindu di Kota Mataram menggelar pawai sebelum melaksanakan Hari Raya Nyepi. Dan kali ini, ada lebih dari 100 Ogoh-Ogoh. Ogoh-Ogoh sendiri mengandung arti refleksi diri agar lebih baik.

“Maknanya untuk mawas diri, untuk mengetahui karakter kita, Inilah karakter kita sesungguhnya. Meskipun kita sebagai mahluk yang paling tinggi, tapi belum sempurna kan,” kata pengurus pawai, Gusti Bagus Bima.

Bentuk Ogoh-Ogoh buatan warga sungguh beragam. Yang paling banyak, boneka raksasa menyeramkan. Ada juga yang unik, berupa patung Bandar narkoba bertuliskan “Eksekusi Bali Nine”.

“Yang model-model begini sudah, tiap tahun dia begini-begini saja. Tiap tahun tidak ada perubahan. Tidak boleh juga dirubah-rubah, modelnya kalau bahasa Bali itu kala-kala. Sebelum Nypi pasti diadakan,” tambahnya.

Menyambut tahun baru Caka 1937 ini, warga Hindu di Lombok diharapkan melaksanakan catur brata penyepian dengan khidmat.

Catur Brata penyepian itu Amati geni atau tidak menyalakan api, amati karya atau tidak melakukan pekerjaan, amati lelanguan atau tidak bersenang-senang serta amati lelungan atau tidak bepergian. 

Walikota Mataram, Ahyar Abduh bahkan secara tegas melarang pegawainya yang beragama Hindu menjalankan aktivitas apapun pada hari raya Nyepi.

“Kepada semua pejabat dan staf yang beragama Hindu saya minta jangan bekerja, karena ada yang gila kerja. Mentang-mentang gila kerja, pas hari raya Nyepi terus kerja, nah ini salah,” tegas walikota.

Ia juga berharap catur brata penyepian dilakukan dengan sungguh-sungguh agar nilai Hari Raya Nyepi mampu dicapai umat Hindu.

“Dalam rangka meningkatkan nilai-nilai kebersamaan, maka itu menjadi modal besar. Saya yakin umat Hindu akan memberikan kontribusi besar bagi kemajuan kota Mataram”

Tema Nyepi di Kota Mataram tahun ini yakni Keselamatan dan Keharmonisan. Selain pecalang atau petugas keamanan dari masyarakat, kepolisian setempat juga mengerahkan seluruh anggotanya mengawall Nyepi tahun ini.

Tapi meski saat Nyepi, tak boleh ada satu pun kegiatan, tapi pengurus pawai, Gusti Bagus Bima menjamin, jalan-jalan di wilayah itu akan tetap dibuka. Ini demi menghargai umat Muslim yang beraktivitas.

“ Itu jalan lingkungan yang betul-betul umat Hindu kita tutup. Kalau seperti saya yang bertetangga dengan Muslim, kita buka.”

Ahyar Abduh bahkan mengajak seluruh warganya menjaga toleransi umat beragama. Sebab, meski kotanya dihuni mayoritas Muslim, tapi umat Hindu juga telah memberi kontribusi bagi kemajuan kota.

“Bahwa kota Mataram adalah kota harapan kita bersama yang dibangun dengan persamaan dan nilai-nilai persatuan kita. Warga kota Mataram adalah warga yang sangat sadar, warga yang sangat toleran, warga yang saling menghormati. Inilah yang terus kita wujudkan di kota Mataram.”

Sementara itu, Ibu Putu warga dari Cakranegara berharap pawai Ogoh-Ogoh akan terus digelar di tahun-tahun berikutnya.

“Kalau perasaan saya senang, ini agar setiap tahun dirayakan Nyepi ini. Ogoh-Ogoh ini menghilangkan Kala ( keburukan) itu biar tidak ada musibah. Jadi harus dirayakan setiap tahun.”

Editor: Antonius Eko

 

  • nyepi
  • mataram ntb
  • Toleransi
  • petatoleransi_21Nusa Tenggara Barat_biru

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!