SAGA

[SAGA] Menggandeng Agen Laundry Siarkan Pesan Damai

""Contoh satu quote yang ada di flyer itu gini 'Sebenarnya bertetangga dengan berbeda agama nggak apa-apa kok, karena berbeda itu indah'.”"

[SAGA] Menggandeng Agen Laundry Siarkan Pesan Damai
Ilustrasi hubungan umat beragama. Foto: Matthew Fearnley.Creative Commons

KBR, Jakarta - Puluhan mesin cuci, meja setrika, dan rak-rak menyesaki sebuah rumah yang berada di Kampung Kandang RT 02/RW 03, Kelurahan Duren Seribu. Usaha laundry atau cucian yang tak jauh dari pusat Kota Depok ini sudah bercokol sejak dua tahun silam.

One Laundry, begitu identitas bisnis cucian tersebut. Dalam sehari, lebih dari 200 kilo pakaian harus mereka kerjakan.


Munah, bos One Laundry, bercerita ibu-ibu yang ikut usahanya ini kebanyakan berpendidikan SMA. Sedang ia sendiri hanya lulusan SD. Itu mengapa, ia berikhtiar One Laundry bisa membuat pekerjanya tak melulu bergantung pada suami. Pasalnya, usaha ini didirikan untuk menopang ekonomi para ibu dari keluarga miskin.


“Kami buka usaha bersama ini supaya tidak ada ibu yang menjadi pengangguran. Kalau ada ibu yang menganggur, kami ajak jadi agen,” ujar Munah saat ditemui KBR di tempat usahanya.


Mula-mula berdiri, hanya beberapa orang saja yang bekerja di One Laundry. Tapi kini sudah ratusan ibu-ibu yang bergabung. Munah dan tiga orang bertugas mencuci serta menyetrika pakaian pelanggan. Sedang 120-an lainnya, menjadi agen yang akan mengambil cucian ke rumah-rumah pelanggan. Agen-agen itu, kata Munah, tersebar di seluruh penjuru Kota Depok.


Karena agen One Laundry yang menggurita itulah, Wahid Foundation menggandeng untuk membantu menyebarkan pesan perdamaian.


Visna Vulovik, Team Leader Wahid Foundation –yang juga pendamping One Laundy dalam program lembaganya mengatakan, ratusan ibu-ibu ini akan memanfaatkan interaksi bersama pelanggan dengan menyisipkan obrolan tentang hidup berdampingan meski berbeda agama. Tak hanya bincang-bincang, mereka juga dipersenjatai dengan brosur.


“Ketika agen-agen keliling, kami sertakan flyer-flyer tentang nilai-nilai perdamaian. Contoh satu quote yang ada di flyer itu gini 'Sebenarnya bertetangga dengan berbeda agama nggak apa-apa kok, karena berbeda itu indah',” tutur Visna.


Menurut Visna, gerakan semacam ini perlu dilakukan mengingat masyarakat begitu mudah terbelah jika disinggung tentang agama. Meski begitu, dia juga menyadari, tak mudah bagi ibu-ibu ini menyampaikan pesan tentang perdamaian, kebhinekaan, atau harmonisasi beragama. Apalagi dalam penelitian Setara Institute yang bekerjasama dengan UKP-PIP disebutkan Depok dan 10 kota lain mendapat skor toleransi terendah. 


red

(Munah, bos One Laundry. Foto: Widia Primastika/KBR)


Dan One Laundry Agen, dianggap menjadi jalan keluar. Karena itulah, ratusan ibu-ibu ini diajari tentang gender dan kepemimpinan. Tujuannya agar memudahkan mereka menyampaikan pendapat di tengah-tengah pelanggaran yang beragam.


“Biasanya si agen-agen ini kami bekali nih, dimulai dari bagaimana melatih persamaan dan kesetaraan, baik kesetaraan gender, maupun kesetaraan memperoleh hajat hidup dan kelayakan hidup. Termasuk bagaimana kesetaraan bahwa sebenarnya perempuan juga bisa memimpin,” tutur Visna.


Hal lain, mereka diajari mengelola keuangan. Dengan begitu, penghasilan yang didapat bisa meningkatkan taraf ekonomi keluarga. Sebab, kata Visna, bagaimana pun prioritas mereka adalah bekerja.


“Jadi kami fasilitasi mereka kami training untuk membangun finansial literasi, terus bagaimana mengelola keuangan keluarga, sampai pada membangun leadership daripada perempuan sendiri,” beber Visna.


Pengetahuan mengelola keuangan yang diberikan Wahid Foundation, didukung Munah. Kata dia, bekal itu nyatanya mampu menyekolahkan anaknya hingga SMK.  


“Mengelola keuangan, keluar masuk uang, cara menggunakan uang jadi lebih efektif. Dulu saya mulai saya pinjam dari Wahid Foundation langsung buka usaha, lalu merambat-merambat sampai bisa bangun rumah,” ujar Munah menceritakan pencapaiannya itu.


Menyampaikan pesan perdamaian di tengah maraknya isu Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) bukanlah hal mudah. Bukan tak mungkin juga pesan itu ditolak oleh pelanggan mereka.


Untuk mengatasi kemungkinan persoalan ini, Visna mengaku telah melatih para agen mengatur emosi agar tak cepat terpantik.


“Tantangannya bukan bagaimana orang menolak, tapi bagaimana si ibu ini menyampaikan pesan itu tidak konfrontatif. Nah menjadi agen perdamaian itu perlu bijak dalam menanggapi orang-orang yang berbeda. Dari situlah kami bangun untuk bagaimana berkomunikasi dan menerima perbedaan,” terang Visna.


Sementara Munah dan teman-temannya mengaku siap menjadi agen perdamaian. Sebab mereka tak hanya ingin hidup sejahtera, namun juga hidup dalam lingkungan yang damai.


“Agar semua pelanggan One Laundry itu cinta damai, nggak membeda-bedakan suku, nggak memilih-milih agama apapun. Yang penting kita bersatu,” harap Munah.





Editor: Quinawaty

 

  • keberagaman
  • one laundry
  • wahid foundation
  • umat beragama
  • toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!