OPINI

Belum Bebas Teror

Ilustrasi. (Antara)

Terorisme masih ada, kata Presiden Joko Widodo. Ini dinyatakan setelah polisi menangkap terduga teroris yang berencana melakukan aksi terorisme di depan Istana Kepresidenan. Barang bukti yang ditemukan adalah bom rakitan berbentuk penanak nasi elektronik. Bom berdaya ledak tinggi itu rencananya meledak di Istana, dengan pengaruh ledakan sampai 300 meter dari pusat ledakan. Untungnya, aksi berhasil dicegah. 


Menurut Jokowi, terorisme masih ada di tengah masyarakat. Karenanya, masyarakat jadi kunci dari perang melawan terorisme. Namun sebetulnya Pemerintah juga punya program deradikalisasi terorisme sejak tahun 2011. Penyelenggaranya adalah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, BNPT. Sasaran kerja BNPT adalah mereka yang sudah ditahan karena kasus terorisme serta bekas narapidana terorisme, termasuk keluarga, jaringan dan terduga kasus tindakan terorisme. 


Mereka yang ditangkap Polisi di wilayah Bekasi pekan lalu diduga bagian dari jaringan Bahrun Naim, anggota ISIS asal Indonesia. Yang masih jadi  buron pun disebut-sebut direkrut langsung oleh Bahrun Naim. Meski Bahrun Naim diperkirakan ada di Suriah, komunikasi tetap berjalan lewat aplikasi pesan Telegram. Pengamat terorisme Taufik Andrie pernah menyebut, pengawasan bagi teroris seharusnya dilakukan secara ketat – tak hanya bagi nama-nama tertentu, tapi juga pengembangan dari basis data pelaku terorisme yang sudah ada. Ini sebetulnya yang jadi kunci deradikalisasi sebab tak ada yang bisa mencegah cepatnya guliran gagasan.  


Polisi harus bergerak lebih cepat ketimbang penjahat – meski kenyataannya tak selalu begitu. Tapi gagasan terorisme terlalu berbahaya untuk dibiarkan bergulir liar. Program deradikaliasi perlu terus dipertajam sehingga bisa mengetahui, lantas memotong, perguliran ide yang mengancam keselamatan banyak orang ini.  

  • terorisme
  • ISIS
  • bahrun naim
  • deradikalisasi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!