OPINI

Aksi

"Aksi itu datang lagi. Beribu orang dari empat penjuru meluruk ke Ibu Kota Jakarta. Tujuannya, memastikan proses hukum terhadap penista agama dijalankan."

Aksi
Suasana Aksi212 di air mancur silang Monas 2 Desember 2016. (Dian/KBR)

Aksi itu datang lagi. Beribu orang dari empat penjuru meluruk ke Ibu Kota Jakarta. Tujuannya, memastikan proses hukum terhadap penista agama dijalankan. Mendesak si penista agama dijebloskan ke penjara. Tanpa masuk kurungan, bagi sebagian mereka itu menunjukkan hukum dikendalikan kekuatan tertentu.

Apa boleh buat, begitulah adanya. Bahkan sebelum jadi tersangka,  Petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melalui dunia maya dan nyata sudah dinyatakan pasti bersalah. Itu sebab penyidikan kasus ini bak selubung prosedural saja dari vonis yang sudah dijatuhkan itu. Bahkan saat aksi-aksi sebelumnya melalui yel-yel, tegas meminta eksekusi atas vonis itu. Bunuh.

Tak bisa dipungkiri aksi-aksi secara keseluruhan berjalan relatif aman dan damai. Insiden bentrok di ujung aksi pada 4 November lalu bagian dari keniscayaan akibat provokasi yang bisa datang dari aparat atau pendemo. Segelintir yang terpancing lantas berbuah amuk, bakar dan luka.

Aksi 2 Desember kali ini semoga tak ada insiden  dan menjadi yang terakhir. Setiap bentrok yang terjadi, setiap korban yang jatuh,  yang diuntungkan bukan aparat atau pendemo dan tuntutannya tapi jelas provokator yang mendompleng aksi. 

Sudah terlalu besar energi berbulan ini dihabiskan hanya untuk seorang Ahok. Sekolah dan kantor diliburkan, pertemanan dan persaudaraan di dunia nyata dan maya renggang untuk sesuatu yang prosesnya tengah berjalan. Doa-doa yang dipanjatkan beribu orang dalam aksi super damai ini semoga bisa mengembalikan semuanya. Mengembalikan nalar dan merekatkan persaudaraan kebangsaan dan kemanusiaan kita. 

  • aksi 212
  • dugaan penistaan agama

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!