OPINI

Mabuk Asap

Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan


Pasien Puskesmas di Jalan Duri Dumai Kilometer 16 Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau melonjak beberapa hari terakhir. Banyak orang mengeluh batuk atau sesak nafas. Salah seorang dokter di Puskesmas itu menyebut kabut asap sebagai biang keladi. 

Kepada KBR, dokter itu mengeluh asap pekat sudah terjadi dalam sepekan ini. Banyak keluarga terpaksa menutup pintu jendela mencegah asap masuk rumah mereka. Makin banyak orang membeli masker secara swadaya, karena belum ada bantuan dari pemerintah. 

Kabut asap dari Riau kembali menyapa. Bahkan ke negeri tetangga Singapura dan Malaysia. Memang belum terlalu parah. Asap berkurang jika datang hujan dan di waktu pagi menjelang siang. Namun kabut kembali pekat di sore hingga dinihari. Di beberapa tempat di Kabupaten Bengkalis, Dumai dan Siak, sinar matahari sudah jarang terlihat, tertutup gumpalan asap dan awan. 

Warga Riau dan sekitarnya, mulai dibayang-bayangi horor bencana kabut asap tahun lalu yang mengerikan. Tahun lalu ribuan orang mengalami gangguan pernafasan dan belasan orang meregang nyawa. Tidak hanya di Riau, tapi juga di lima provinsi lain di Sumatera dan Kalimantan. 

Ini menambah kabar buruk, setelah sebelumnya Polda Riau menghentikan penyidikan 15 perusahaan pembakar hutan dan lahan. Banyak perusahaan pemilik lahan konsesi bebas dari jerat hukum, meski lahan mereka jelas-jelas terbakar.

Tahun lalu, 800 ribu hektar lahan di Sumatera dan Kalimantan terbakar. Dari 70-an berkas kasus yang ditangani polisi, hanya 18 yang melibatkan korporasi. Itu pun hanya dua perusahaan yang masuk ke persidangan. Dan hanya satu perusahaan yang divonis penjara. 

Kabut asap itu ternyata begitu memabukkan. Tidak hanya warga korban asap, tapi juga aparat penegak hukum, juga kita semua. Aparat hukum sempoyongan menindak tersangka para pembakar hutan. Kita serasa mabuk melihat negara begitu tidak berdaya melawan perusahaan pembakar lahan.

Jeritan warga Riau makin nyaring terdengar di sela-sela asap. Jeritan minta masker, jeritan sesak nafas, jeritan minta keadilan. Hujan hari ini tidak bisa diharapkan bisa menghilangkan asap. Karena itu hanya obat sementara, dan esok asap kembali pekat. 

  • kebakaran hutan dan lahan
  • Riau
  • kabut asap
  • negara tidak berdaya

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!