OPINI

Pak Jokowi, Rakyat Bukan Hanya Neisha

Aksi Kamisan.

Presiden Joko Widodo kembali mencuri perhatian publik dengan menelepon seorang bocah asal Tomohon, Sulawesi Utara. Bocah bernama Neisha itu menangis karena tidak bisa menemui Jokowi saat kunjungan Presiden ke Sulawesi Utara akhir tahun lalu. Video Neisha menjadi viral di media sosial, dikutip media massa, hingga ke telinga Presiden Jokowi. Presiden Jokowi kembali panen pujian dari publik setelah menelfon Neisha.

Sentuhan-sentuhan manusiawi yang ditunjukkan Presiden Jokowi seperti itu memang diperlukan agar sosok pemimpin tidak berjarak dengan rakyatnya. Wibawa seorang pemimpin tergantung bagaimana ia memperlakukan rakyatnya. Jika Presiden Jokowi bisa menelepon Neisha yang menangis ingin bertemu, semestinya juga bisa menemui para ibu dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia yang sepekan sekali menunggu di seberang Istana Merdeka.

Setiap Kamis, para ibu dan keluarga korban pelanggaran HAM itu sudah mengetuk pintu kantor Presiden Jokowi sejak 2007. Hingga akhir 2016 kemarin, mereka sudah datang 474 kali. Sudah sembilan tahun. Namun hingga kini tak sekalipun Pak Jokowi menemui mereka, bahkan sekadar menelfon pun tidak. Presiden Jokowi tentu tidak perlu menunggu sampai ibu-ibu dan keluarga korban pelanggaran HAM menangis dan videonya disebar ke media sosial. Karena mereka sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata yang sudah terkuras selama bertahun-tahun menuntut penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu.

Selama 2016, penyelesaian kasus pelanggaran HAM menjadi anak tiri. Rapor penegakan hak asasi manusia masih merah. Pemerintah lebih prioritas pada stabilitas politik, pembenahan ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Kini saatnya tahun ini Jokowi memberi porsi lebih kepada penyelesaian kasus-kasus pelangaran HAM masa lalu. Jangan sampai Presiden Jokowi melupakan janji Nawacita yang ia buat dahulu.

 

  • Neisha menangis
  • Tomohon
  • Presiden Jokowi
  • aksi kamisan
  • nawacita

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!