OPINI

Keselamatan Laut

Korban kebakaran Kapal Zahro Express.

Tahun 2017 dimulai dengan duka. Dua puluhan orang tewas ketika hendak plesir ke Pulau Tidung dengan Kapal Zahro Express. Hari yang harusnya gembira, justru jadi duka. Kapal yang disesaki 250an penumpang itu bertolak dari Pelabuhan Muara Angke kemarin pagi. Tak lama, kapal terbakar. Gosong. Mereka yang selamat berhasil lompat ke laut. Ada yang masih hilang, ada yang tewas. 

Dugaan sementara, mesin kapal korslet dan meledak. Kapal sebetulnya dianggap aman dan sudah mengantongi izin berlayar sampai pertengahan tahun ini, toh kecelakaan tetap terjadi. Yang perlu juga jadi perhatian adalah bagaimana manifes penumpang tidak betul-betul mencerminkan kondisi penumpang kapal. Jumlah penumpang ada 253, yang tercatat di manifes hanya 100 orang. Belum lagi tak semua pakai jaket pengaman. 

Ini memperlihatkan tingkat kesadaran keselamatan yang rendah. Awak kapal menggampangkan situasi, sementara penumpang juga mengabaikan keselamatan diri. Kombinasi ini membuat penumpang rentan jadi korban begitu ada kondisi darurat - seperti yang terjadi kemarin. 

Indonesia adalah negeri kepulauan, dengan 70% wilayahnya berupa laut. Transportasi dan keselamatan laut harus jadi perhatian serius bagi semua. Awak kapal tak boleh sembarangan dengan keamanan kapal serta keselamatan penumpang. Pemerintah mesti betul-betul awas saat memeriksa izin berlayar. Sementara kita sebagai penumpang juga tak boleh menganggap enteng soal keselamatan. 

Presiden Joko Widodo pernah menyebut, supaya kita tak lagi memunggungi laut. Ini bisa kita lakukan dengan sama-sama memastikan keselamatan di laut tetap terjaga. Kalau urusannya nyawa, satu korban pun sudah terlalu banyak. 

  • Kapal Zahro Express
  • kecelakaan laut
  • Pulau Tidung
  • kapal terbakar
  • manifest palsu
  • kepulauan seribu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!