OPINI

Selamat Natal! 

Ilustrasi: Damai Natal

Kita kembali tiba di peringatan hari raya umat Kristiani yang dirayakan di sebuah negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Hati terasa sejuk ketika mendengar bagaimana Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Nahdlatul Ulama ikut membantu pengamanan gereja di berbagai tempat. Dan ini rutin dilakukan selama bertahun-tahun. Perbedaan agama bukan penghalang, tapi justru mendorong Banser NU untuk ikut menjaga. Ini menunjukkan semangat positif bagi Indonesia yang beragam - perbedaan agama jangan sampai memecah warga. 

Namun Natal juga membawa kita kembali ke perdebatan lama: bolehkan umat Islam memberikan ucapan ‘Selamat Natal’ kepada Umat Kristiani? Sebuah toko roti di Makassar, Sulawesi Selatan, memutuskan untuk menjawab ‘tidak’. Ketika seseorang meminta tulisan ‘selamat Natal’ di kue yang dipesannya, pemilik toko roti tak bersedia. ‘Ini bukan berarti kami tidak menghargai agama Anda,’ kata pemilik kue lewat media sosial. ‘Tapi kami sekadar mempraktikkan prinsip agama kami,’ lanjut mereka. 

Ini jadi perdebatan klasik yang muncul tiap tahun — seperti juga saat Idul Fitri. Tidak ada yang salah dengan memberi selamat hari raya untuk penganut agama lain. Sekadar memberi ucapan tak lantas mengubah keyakinan kita. Justru ini menggambarkan rasa penghargaan kita akan keyakinan yang dianut sesama manusia. Karena toh agamamu tetap agamu dan agamaku tetap agamaku. 

Hari Natal mestinya jadi momentum bagi mayoritas penduduk yang beragama Islam untuk menjamin keamanan umat Kristiani dalam beribadah. Inilah kehidupan bertoleransi yang sejati - ketika setiap orang bisa menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinannya, tanpa rasa takut. Ini juga jadi kewajiban Pemerintah. Tapi tanpa perlu menunggu itu, kita sebagai sesama manusia juga mesti melakukan itu. Damai di bumi, damai di hati.  

  • hari natal
  • ucapan selamat natal
  • Banser NU

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!