EDITORIAL

Puas

"Jokowi – JK dan kabinetnya juga partai pendukungnya tak perlu resah dengan hasil survei itu. Apa yang muncul dalam survei bisa jadi masukan untuk memperbaiki kinerja."

Presiden RI Joko Widodo. (KBR/Danny)
Presiden RI Joko Widodo. (KBR/Danny)

Hasil survei terbaru terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menunjukkan semakin turunnya tingkat kepuasan masyarakat. Survei yang dilaksanakan jelang setahun mereka dilantik menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat hanya sekira 46 %. Turun lebih 11 % dari survei yang juga digelar Indo Barometer pada 6 bulan sebelumnya. Menurut lembaga survei itu, penurunan angka kepuasan disebabkan masalah ekonomi, hukum, harga bbm, dan program visi misi yang belum terbukti.

Survei kepuasan yang digelar Saiful Mujani Research and Consulting juga menunjukkan hasil yang mirip. Survei Saiful Mujani dalam rangka setahun pemilu presiden pada Juli lalu, menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat hanya mencapai hampir 41 %. Penyebab ketidakpuasan juga nyaris sama. Mulai dari kondisi politik, ekonomi juga hukum. Angka ini jauh bila dibanding setahun pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tingkat kepuasannya mencapai 70%.

Tak bisa dipungkiri banyak ketidaksingkronan antara pernyataan orang nomer 1 di republik ini dengan kabinetnya dan juga koalisi partai pendukungnya. Dalam urusan kenaikan tunjangan anggota dewan misalnya. Karena ekonomi sedang sulit, presiden menolaknya. Tapi toh menteri keuangan malah menyetujuinya.

Atau lihat juga misalnya dalam urusan munculnya draf revisi Undang-Undang KPK yang mengebiri kewenangan lembaga antirasuah itu. Sebagian besar anggota dpr yang menjadi inisiator revisi justru datang dari partai pendukung, yakni; PDI Perjuangan, PKB, Nasdem dan Hanura. Padahal presiden dengan tegas menolak revisi itu.

Jokowi – JK dan kabinetnya juga partai pendukungnya tak perlu resah dengan hasil survei itu. Apa yang muncul dalam survei bisa jadi masukan untuk memperbaiki kinerja. Tak cukup lagi slogan "ayo kerja kerja kerja" di kabinet kerja ini. Tapi menjadi "ayo kerja keras". Kerja lebih keras untuk memastikan janji-janji kala kampanye lalu bisa terbukti.

  • survei kepuasan masyarakat
  • Indo Barometer
  • Saiful mujani

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!